Expect the Unexpected—Antisipasi Hal Tak Terduga June 17, 2025 - Samson Li
Los Angeles, California
Selamat datang di Empowerment Tuesday hari ini! Merupakan kehormatan dan kebahagiaan bagi saya untuk berbagi inspirasi dan semangat pemberdayaan kepada Anda semua.
Tujuan utama dari Empowerment Tuesday adalah membantu Anda menemukan kembali motivasi Anda—menemukan why Anda, alasan di balik segala yang Anda lakukan. Alasan yang bisa mendorong Anda bertumbuh, bukan hanya secara pribadi, tapi juga dalam perjalanan bisnis Anda.
Topik hari ini adalah: Expect the Unexpected—Antisipasi Hal Tak Terduga.
Menarik, bukan? Apa sebenarnya arti dari expect the unexpected?
Dalam perjalanan saya selama 20 tahun di industri ini, satu pelajaran terbesar yang saya temukan adalah pentingnya open mind—pikiran yang terbuka. Ketahuilah, apa pun mungkin terjadi. Dan hari ini, saya ingin membaginya dalam tiga kategori sederhana.
Kategori pertama adalah: Platform yang kita miliki saat ini.
Tiga hal yang membuat platform ini luar biasa adalah: global, lintas negara, dan berbasis e-commerce. Coba renungkan arti dari kata-kata itu—masing-masing sangat penting dalam mendefinisikan potensi bisnis kita.
Salah satu motivator favorit saya, Les Brown, pernah berkata: “Kebanyakan orang gagal bukan karena mereka tidak punya tujuan, tapi karena tujuan mereka terlalu rendah.” Dalam banyak kasus, kita tidak tahu apa yang tidak kita ketahui.
Coba pikirkan: e-commerce lintas negara berarti kita berbicara tentang perdagangan digital berskala internasional. Kita semua kini terbiasa belanja online—di Amazon, eBay, dan platform lainnya. Tapi bayangkan jika ada perusahaan dengan infrastruktur global yang mendukung transaksi lintas batas, yang sudah punya sistem, reputasi, dan jangkauan dunia. Potensinya luar biasa besar.
Dua puluh tahun lalu, saya mungkin termasuk orang yang hanya percaya setelah melihat. Saat itu saya seorang pengusaha praktis—berkecimpung di real estat, memiliki tiga toko furnitur, bahkan pernah menjalankan balai lelang dan sebuah sekolah. Saya butuh bukti nyata. Dan itulah yang saya temukan saat saya menyaksikan langsung perjalanan partner saya, Kim.
Selama dua dekade terakhir, saya menyaksikan bagaimana model e-commerce lintas negara ini mengubah hidup banyak orang. Dua puluh tahun lalu, perusahaan-perusahaan seperti Amazon pun masih mencari cara menghasilkan laba. Tapi saya melihat langsung bagaimana Kim, hanya dalam dua setengah tahun, membantu sebuah perusahaan menembus lebih dari 195 negara dan wilayah. Ia membangun tim lebih dari 240.000 orang dalam waktu yang relatif singkat. Angka yang bahkan hingga kini masih mengagumkan.
Saya tidak tahu pasti bagaimana Kim bisa memiliki visi sebesar itu, tapi saya tahu satu hal: saya melihatnya sendiri. Saat itu, saya menyaksikan orang-orang mulai menghasilkan uang, produk yang efektif, dan nama-nama negara yang bahkan belum pernah saya dengar mulai bermunculan.
Dan saya menyadari: mungkin waktu itu saya belum siap. Saya tidak tahu apa yang saya pegang. Setelah perusahaan pertama, saya belajar satu hal penting: kita memang tidak tahu apa yang belum kita ketahui.
Dalam perjalanan ini, saya pernah menulis tentang kepemimpinan. Salah satu kutipan favorit saya berasal dari John Maxwell: “Pemimpin tahu jalan, menempuh jalan, dan menunjukkan jalan.”
Jika Anda memiliki visi, dan bisa menuntun orang lain ke arah visi tersebut, Anda adalah seorang pemimpin. Jika Anda punya sesuatu yang bernilai untuk ditawarkan, Anda adalah pemimpin. Kita tumbuh menjadi pemimpin saat kita mulai menunjukkan arah kepada orang lain.
Jadi, seberapa pentingkah untuk expect the unexpected?
Sangat penting. Karena bukan hanya soal platform bisnis ini—tetapi tentang siapa yang Anda pilih untuk belajar dan bertumbuh bersama. Dengarkan mereka yang sudah menjalani, yang sudah membuktikan visi mereka. Banyak tahun yang lalu, saya menyadari: mungkin saya tidak melihat seperti Kim melihat. Jadi, jika saya ingin berada di tempat yang sama seperti dia, saya harus mulai belajar melihat dari sudut pandangnya.
Tony Robbins pernah berkata, “Cara tercepat menuju kesuksesan adalah dengan meniru orang yang sudah sukses.” Model. Salin. Terapkan.
Jadi ingatlah—expect the unexpected. Bisnis Anda jauh lebih besar daripada yang Anda bayangkan.Berikut adalah versi tulisan ulang lengkap dalam bahasa Indonesia tanpa menyebutkan nama atau jam:Potensimu dalam bisnis ini jauh lebih besar dari yang kamu bayangkan. Lalu, bagaimana seharusnya kamu memikirkannya? Sederhana saja: dengarkan dan lakukan. Mendengarkan adalah proses belajar pasif, sementara melakukan adalah proses belajar aktif. Dan sesungguhnya, kebiasaan yang membawa kesuksesan terbentuk dari pembelajaran aktif tersebut. Kebiasaan-kebiasaan inilah yang menjadi praktik terbaik yang akan membuatmu semakin berkembang dalam bisnis dan menciptakan lebih banyak nilai.Sekarang, mari kita bahas poin kedua—tentang people.Kadang yang tak terduga justru kembali hadir. Bertahun-tahun yang lalu, saat saya masih kuliah, saya secara tidak sengaja menemukan sebuah pekerjaan musim panas di toko furnitur. Sambil sekolah, saya bekerja paruh waktu untuk mendapat uang tambahan. Saya bekerja sebagai tenaga penjualan, padahal saya sama sekali tidak tahu apa itu sales. Ada pelanggan masuk, saya diminta menyapa mereka, tapi saya bingung harus berkata apa, harus berbuat apa.Sampai suatu hari, setelah sekitar tiga atau empat bulan—tepat di akhir masa percobaan kerja—saya mulai menyadari sesuatu. Waktu itu ada pelanggan yang tampaknya tertarik tapi masih ragu. Lalu saya mulai secara sukarela memberikan informasi yang saya tahu tentang produk itu—sebuah sofa, lengkap dengan bahan kainnya. Saya masih ingat persis bagaimana rasanya saat itu. Dan di situlah saya sadar: bertemu orang, menyapa mereka dengan sikap positif, mencoba mencerahkan hari mereka, memberikan informasi dan saran yang bermanfaat—itulah sales. Ternyata, sales bukan soal menjual, tapi soal membantu.Saya menyadari itu saat usia saya baru 18–19 tahun. Kemudian, saya masuk ke dunia properti, mengambil lisensi, ikut kelas akuntansi dan prinsip real estat, mulai mengurus hipotek, dan sesekali menjual properti. Dari situlah saya memulai karier sebagai pelaku bisnis. Dan kalau saat itu kamu bertanya pada saya—sekitar 36–37 tahun yang lalu—apakah saya membayangkan diri saya seperti sekarang: berkeliling dunia, membantu orang lain, mengajarkan tentang kesehatan, potensi manusia, dan seluk-beluk bisnis pemasaran... saya pasti akan menjawab, "Tidak pernah terpikirkan."Saya tidak berasal dari keluarga yang pernah terjun ke bisnis seperti ini. Bahkan di antara seluruh kerabat—sepupu, paman, bibi, bahkan kakek nenek—saya satu-satunya yang menekuni bidang ini. Apakah itu membuat perjalanan saya lebih berat? Mungkin iya. Tapi di industri ini saya menemukan mentor, dan itu mengubah segalanya.Selama perjalanan ini, saya menyaksikan begitu banyak orang melakukan hal-hal luar biasa yang tak terduga. Dari situ saya belajar untuk tidak mudah menghakimi, dan lebih membuka pikiran. Karena ketika kita membantu orang melihat potensi mereka, hal-hal menakjubkan bisa terjadi.Kalau saya ingin menyederhanakannya, begini: kita semua tumbuh besar dengan batasan. Kita diajari tentang batas-batas untuk menjaga keselamatan. Misalnya, "Jangan sentuh api," "Airnya panas," "Hati-hati menyeberang jalan, lihat kiri-kanan dulu." Batasan-batasan ini diulang terus-menerus hingga menjadi kebiasaan.Tentu saja, kebiasaan ini dibuat demi melindungi kita—dan hingga hari ini pun, masih ada manfaatnya. Tapi dalam hal beradaptasi terhadap perubahan, terlalu banyak batasan justru bisa menjadi penghalang. Mengapa kita harus beradaptasi? Karena dunia terus berubah. Itulah kenyataannya.Saya belajar bahwa kita harus punya keberanian untuk berubah. Tapi ternyata, keberanian bukanlah lawan dari rasa takut. Lawan dari takut adalah cinta—cinta pada diri sendiri yang cukup besar untuk mendorongmu melewati batasan. Cinta yang cukup untuk mengupayakan perubahan, untuk menciptakan terobosan.Saat bertemu orang baru, saya selalu mencoba melihat cahaya dalam diri mereka. Ini bukan hanya bermanfaat dalam bisnis, tapi juga dalam hubungan pribadi. Membuat hidup lebih bermakna. Karena pada akhirnya, bisnis kita—dan bisnis apa pun—adalah tentang manusia. Semua bisnis dibangun dari relasi. Tapi sayangnya, hampir tidak ada sekolah bisnis yang mengajarkan bagaimana membangun relasi yang baik. Tak pernah saya lihat ada mata kuliah wajib berjudul "Hubungan 101" untuk meraih gelar sarjana bisnis.
Menurut saya, kemampuan ini sangat penting—terutama jika kita bicara dalam konteks bisnis. Beberapa waktu lalu saya membaca sebuah artikel yang membahas tentang siapa saja yang biasanya mendapatkan promosi paling cepat di dalam perusahaan. Ternyata, orang-orang yang naik paling cepat bukan selalu yang paling pintar atau paling rajin. Tapi ada satu benang merah di antara mereka: mereka adalah komunikator terbaik. Mereka punya kemampuan berhubungan dengan orang lain dengan sangat baik. Ini menarik sekali, bukan?
Lalu, bagaimana caranya expect the unexpected dari orang lain?
Bertahun-tahun lalu, saya bertemu dengan seorang pria. Awalnya, saya berpikir bahwa ia mungkin tidak akan berhasil di bisnis ini. Seperti yang kalian semua tahu, dalam bisnis kita, yang penting bukan hanya apa yang kita capai sendiri, tetapi juga apa yang bisa kita bantu capai untuk orang lain.
Pria ini tidak pandai berbicara, bahkan bisa dibilang cukup sulit untuk mengungkapkan pikirannya. Tapi kesan yang muncul saat bertemu dengannya adalah ketulusan dan kerendahan hati. Bukan karena ia lemah, tapi ia memang memiliki sikap yang sangat bersahaja. Ia juga tidak terlihat seperti pebisnis pada umumnya. Penampilannya sangat sederhana. Bahkan gaya rambutnya pun seadanya. Dan pada masa itu, penampilan masih dianggap sangat penting.
Namun, saya berpikir: saya butuh membangun bisnis, jadi saya akan bekerja sama dengan siapa pun yang ingin bekerja. Dan dia adalah salah satunya. Jadi kami mulai bekerja bersama.
Yang mengejutkan adalah—dia mulai membawa orang demi orang, dan terus bertambah. Saya benar-benar terkejut. Saya bertanya-tanya, “Bagaimana caranya? Apa yang dia katakan? Mengapa orang-orang mau datang karena dia?”
Lalu saya sadar, alasannya sederhana: karena orang-orang mempercayainya. Dia adalah orang terakhir yang pulang dari gereja, memastikan semua bersih dan rapi. Orang-orang menyukainya karena dia ramah dan tulus. Mereka ingin membantunya. Hubungan yang dia bangun dengan orang lain sangat kuat, dan itu yang membuat mereka mau bergabung dan mendukung.
Dalam waktu enam bulan, dia sudah memiliki tim berjumlah lebih dari 1.500 orang. Saya benar-benar terpukau. Luar biasa. Jangan pernah meremehkan seseorang.
Lewat dia juga, sekelompok perempuan datang dan bergabung, bekerja keras bersama-sama, dan hasilnya nyata. Yang lebih luar biasa lagi, dia bekerja sebagai petugas keamanan di shift malam, sehingga dia hampir tidak pernah bisa hadir ke pertemuan malam hari. Tapi dia tetap konsisten. Ini adalah kisah yang sangat menginspirasi.
Dan kisah seperti ini, saya temukan berulang kali. Di bisnis sebelumnya pun, saya punya satu kontak. Awalnya hanya sebatas kenalan biasa. Tapi karena saya terus menjaga hubungan dan tetap menjalin komunikasi, akhirnya hubungan itu berkembang menjadi lebih dari sekadar kenalan—seperti keluarga, sahabat, dan mitra yang solid.
Setiap dua atau tiga bulan, saya melihat notifikasi dari Skype. Biasanya hanya sapaan singkat: "Halo, apa kabar?" Perempuan ini bekerja di industri keuangan dan sering bepergian ke Asia. Waktu itu saya sudah mulai membangun bisnis sebelumnya, dan saat melihat notifikasinya, saya menyapa. Obrolan kami singkat, hangat, dan ramah. Dia bertanya, "Apa yang sedang kamu kerjakan sekarang?" Saya langsung menjawab, “Oh, saya baru mulai bisnis baru.” Sebenarnya, saya sudah menunggu dia menanyakan itu.
Lalu dia bertanya, “Bisnis apa?” Saya jelaskan sedikit—karena lewat Skype kan hanya bisa kirim pesan teks singkat. Kemudian dia bilang, “Kalau aku sudah kembali ke Amerika, ayo kita ketemu. Kamu bisa cerita lebih banyak.” Saya setuju, dan langsung tandai di kalender kapan dia akan pulang, supaya saya bisa menghubunginya lagi. Saat kami akhirnya bertemu, dia bergabung ke bisnis tersebut. Saat itu dia bahkan belum tahu banyak. Tak lama setelah bergabung, dia menghubungi saya dan bertanya, “Gimana sih cara dapat komisinya?” Lalu dia bertanya lagi, “Gimana cara aktifkan dompet digitalnya?” Saya bantu tunjukkan.
Dia juga penasaran soal produknya, ingin tahu manfaatnya, padahal dia belum sempat pakai. Tapi keesokan harinya, dia sudah mulai membagikan informasi kepada orang lain, mendapatkan pelanggan, bahkan mengajak mitra bisnis bergabung. Lewat dia, saya bertemu seorang wanita lain yang belum pernah terlibat di industri ini sebelumnya, tapi semangatnya luar biasa. Dia benar-benar pekerja keras. Dan dalam waktu sekitar 10 tahun, tim yang terbentuk dari jaringan itu mencapai sekitar 300.000 orang.
Jadi, satu orang bisa membuka pintu sebesar itu. Mungkin kamu berpikir, “Wah, beruntung sekali.” Tapi sebenarnya bukan hanya soal keberuntungan—karena kami juga bekerja keras untuk membangun organisasi tersebut. Ketika kamu menemukan orang yang bisa dibimbing, mau bekerja, dan siap berjuang, itulah kombinasi yang luar biasa.
Pria yang saya ceritakan sebelumnya juga seorang pekerja keras. Dia terus mengenalkan orang baru, satu per satu, dengan kecepatannya sendiri. Dan orang-orang itu pun hadir dan bergabung. Sama halnya dengan wanita kedua tadi—meskipun kontribusinya terlihat kecil, tetapi orang yang dia sponsori justru membangun tim yang luar biasa besar.
Dalam bisnis saya sebelumnya, bukan hanya satu kali hal ini terjadi. Bahkan, grup terbesar saya justru berasal dari seseorang yang saya temui hanya sekali. Satu setengah tahun kemudian, dia menghubungi saya dan bertanya, “Kita bisa beli produk ini di Asia nggak?”
Saya jawab, “Tentu saja. Kami baru saja buka kantor di sana.” Dia membeli produk itu, dan ternyata produk tersebut membantunya. Lalu dia bertanya, “Bagaimana kabarmu di bisnis ini?” Saya bilang, “Luar biasa. Saya keliling dunia, bantu orang-orang, dan hasilnya bagus.” Dia pun ingin membangun bisnisnya sendiri.
Sayangnya, tak lama kemudian dia mengalami kecelakaan. Dia jatuh di tangga saat menutup pintu kantor. Beberapa jam kemudian baru ditemukan, dalam kondisi gegar otak. Dia akhirnya berhenti bekerja, menjual mobilnya, dan hanya tinggal bersama anaknya yang saat itu masih berusia sekitar 8 atau 9 tahun. Saya berusaha menghubunginya, melihat keadaannya, dan menawarkan bantuan.
Dia datang ke salah satu konferensi dan membawa beberapa orang. Setelah kembali ke kota asalnya, sebulan kemudian mereka mulai membangun bisnis. Dan dari grup itulah akhirnya terbentuk jaringan terbesar saya. Siapa sangka? Mungkin terlihat seperti keberuntungan, tapi kenyataannya, hal seperti ini terjadi berulang kali—bukan hanya pada saya, tetapi juga pada orang lain.
Tapi yang perlu dicatat: kamu harus hadir. Kamu harus aktif membangun sekarang, agar saat orang-orang seperti itu datang, kamu sudah siap—secara mental, kebiasaan, dan lingkungan—untuk membimbing mereka. Kamu harus jadi orang yang bisa mengajar, membimbing, dan membantu mereka. Apa yang kamu lakukan sekarang sebenarnya adalah mempersiapkan jalan. Hal ini berlaku di semua bisnis, bukan hanya di bisnis ini saja.
Dan yang ketiga—cara ketiga untuk expect the unexpected—adalah dari dirimu sendiri.
Harapkan hal-hal tak terduga dari dirimu sendiri. Karena kamu jauh lebih hebat daripada yang kamu pikirkan. Ada ungkapan: kita adalah cerita yang kita ceritakan kepada diri sendiri. Tapi kenyataannya, kita jauh lebih dari itu.
Kita semua lahir dengan anugerah. Karakter adalah bagian dari anugerah itu. Ada banyak hal baik dalam dirimu, begitu pula ada kekurangan—itu manusiawi. Tak ada yang sempurna. Kesempurnaan bukanlah tujuan, karena kesempurnaan pun tidak selalu membawa hasil terbaik. Yang penting adalah terus berkembang, terus memperbaiki diri, dan menyempurnakan tindakan serta karakter kita.
Kamu sudah punya semua itu di dalam dirimu. Tinggal kamu izinkan potensi itu muncul. Kamu izinkan dirimu melewati proses untuk mengungkapkan anugerah itu. Karena banyak anugerah terbaik dalam hidup justru tersembunyi di balik pengalaman masa lalu, luka, dan batasan yang kita terima saat kecil. Tapi itu bisa diubah—kalau kita siap membebaskan diri dari cerita lama, dan menulis kisah baru.
Pernahkah kamu mencoba melatih seekor kuda? Saat pertama kali mencoba mengenakan pelana, kuda itu tidak akan langsung patuh. Ia akan memberontak. Kenapa? Karena seekor kuda lahir dengan naluri kebebasan yang murni. Mereka tidak suka ada yang menunggangi mereka. Tapi setelah melalui proses pelatihan yang konsisten dan penuh kesabaran, kuda liar itu bisa berubah menjadi jinak. Itulah perbedaan antara kuda liar dan kuda yang dilatih sejak kecil.
Kita juga seperti itu. Kita lahir dengan anugerah dan potensi, tapi sejak kecil kita diberi banyak batasan: "Jangan lakukan itu," "Itu bukan untuk kamu," "Keluarga kita nggak seperti itu," dan sebagainya. Lama-lama, kita menutup potensi kita sendiri hanya karena suara-suara dari luar.
Cobalah tanya pada dirimu sendiri: kapan terakhir kali keluargamu memberi kebebasan penuh untuk mencoba sesuatu yang kamu inginkan? Bukan berarti kamu harus memberontak, tapi penting untuk mempertimbangkan apa yang kamu inginkan dan kenapa kamu menjalani bisnis ini.
Saya sendiri pernah sampai pada titik kehilangan segalanya. Tapi justru dari titik itu saya memberi izin pada diri saya untuk memulai kembali. Saat saya bangkrut, saya berpikir: “Kenapa tidak? Saya bebas. Saya bisa mencoba hal baru.” Waktu itu saya masih usia 30-an, dan saya sadar, saya punya kesempatan kedua untuk membangun sesuatu dari awal. Itu semua soal pola pikir dan energi yang kita bawa setiap hari.
Kita seringkali meremehkan kemampuan diri sendiri. Padahal kita jauh lebih besar dari apa yang kita pikirkan. Karena itu, mulailah memberi ruang untuk kejutan-kejutan positif dari dirimu sendiri—baik dalam bisnis, maupun dalam kehidupan pribadi. Seorang teman pernah bilang, “Cukup ubah satu persen setiap hari.” Satu persen per hari mungkin terlihat kecil, tapi satu langkah demi satu langkah adalah cara kita mendaki gunung. Jangan biarkan pikiranmu terjebak pada satu langkah, sementara keindahan puncak gunung sedang menantimu.
Untuk bisa maju, kita harus belajar melepaskan. Melepaskan hal-hal yang sudah tak lagi berguna—baik dari pikiran, tubuh, maupun jiwa. Kadang memang sulit, karena banyak luka dan beban masa lalu yang tersimpan dalam tubuh dan emosi. Tapi melepaskan itu bisa dilakukan—lewat doa, pernapasan, refleksi, atau bahkan sekadar pijat untuk melepaskan ketegangan.
Saya juga percaya bahwa orang-orang di sekitar kita seperti cermin. Saat melihat seseorang melakukan hal baik, kita merasa ikut terinspirasi—karena kebaikan itu juga ada dalam diri kita. Saat melihat seseorang berbuat buruk, kita juga bisa belajar. Dalam perjalanan bisnis ini, kita bisa menyempurnakan diri kita melalui interaksi dengan orang lain—melalui menjadi saksi atas kisah dan perjuangan mereka.
Mungkin saat ini kamu merasa dirimu biasa-biasa saja. Tapi siapa tahu, sebenarnya kamu punya potensi untuk mencapai lebih dari yang pernah kamu bayangkan. Coba ubah ceritamu. Jangan terjebak dalam pola “tidak bisa” atau “bukan aku.” Kalau muncul pikiran seperti itu, cukup katakan: “Terima kasih sudah muncul,” lalu lanjutkan perjalananmu. Karena masa depanmu ada di depan, bukan di belakang.
Emosi dan luka masa lalu memang bisa melekat secara fisik pada tubuh. Maka, bebaskan diri. Ambil napas dalam, lepaskan. Beri izin pada dirimu untuk berubah. Itulah titik awal dari transformasi satu persen per hari.
Kalau dulu kamu bilang pada saya—anak kuliahan jurusan Administrasi Bisnis dengan fokus di keuangan dan properti—bahwa suatu hari saya akan berbicara di hadapan ribuan orang di berbagai belahan dunia, membantu mereka mencapai kehidupan yang lebih baik… saya pasti akan menganggap itu tidak masuk akal. Tapi lihat sekarang—mungkin memang ada hal-hal dalam hidup ini yang sudah ditakdirkan. Tinggal kita berani bilang, “Saya terima.”
Saya harap pesan ini bisa memberi inspirasi dan membuka pandanganmu. Kamu lebih dari yang kamu kira. Harapkan hal-hal luar biasa dari bisnismu, dari orang-orang di sekitarmu, dan terutama dari dirimu sendiri. Hidupmu bisa berubah—seperti banyak dari kami yang telah mengalaminya.
Dan ingat, kami punya sesi seperti ini setiap minggu. Diisi oleh para pemimpin luar biasa yang siap berbagi pengalaman dan kebijaksanaan. Saya hanya salah satunya. Akan ada lebih banyak lagi. Jadi pastikan kamu ikut serta. Pastikan kamu dan timmu terus terhubung.
Kamu pantas menjalani hari yang luar biasa. Tuhan memberkati. Semangat terus dan jaga dirimu!
Watch, Like, Share and Subscribe!
Comments
Post a Comment