"How CEOs REALLY Think" : Paradigma, Mentalitas, Leverage.
Bangun Diri Seperti Membangun Bisnis
Berpikir seperti seorang CEO bukan semata soal bisnis, tapi juga tentang bagaimana mengelola diri sendiri—pola pikir, keputusan, proses, dan keberanian.
Jika ingin mulai menjalani hidup dengan pola pikir CEO—membangun pengaruh, menciptakan kemajuan, dan menjadi pribadi yang proaktif—maka pertimbangkan untuk belajar dari mentor yang sudah menjalani jalan ini.
Prinsip Tindakan #1: Kuasai Pola Pikir
Langkah pertama untuk berpikir seperti seorang CEO adalah
menguasai pola pikir. Pola pikir bukan sekadar hasil dari pengalaman, tapi juga
bagaimana kita memaknainya. Dua orang bisa mengalami situasi yang sama, tetapi
mengambil keputusan yang berbeda—karena mereka menafsirkan pengalaman itu
dengan cara yang berbeda.
Seorang CEO memahami pentingnya kesadaran diri terhadap
percakapan internal. Mereka tidak membiarkan pikiran berjalan otomatis, tapi
secara aktif mengelolanya. Apa yang Anda pikirkan, apa yang Anda katakan pada
diri sendiri, dan bagaimana Anda merespons pengalaman—semua itu akan membentuk
keputusan, tindakan, bahkan arah hidup Anda.
Salah satu pola pikir penting adalah mindset kelimpahan.
Banyak profesional terjebak dalam mindset kekurangan, merasa peluang terbatas
dan takut gagal. CEO melatih diri untuk menggantinya dengan keyakinan bahwa
selalu ada cukup peluang untuk semua. Dengan pola pikir ini, mereka berani
mengambil keputusan tanpa harus menunggu kepastian hasil. Bahkan dari kegagalan
pun, mereka bisa menemukan pelajaran dan nilai.
Menguasai pola pikir berarti mengubah cara pandang. Dan
saat cara pandang berubah, dunia di sekitar kita pun ikut berubah.
Prinsip Tindakan #2: Kejar Keunggulan, Bukan Kepasrahan
Langkah kedua adalah mengejar keunggulan (mastery), bukan
sekadar “cukup”. Di Jepang, saya menyaksikan bagaimana orang-orang mengabdikan
hidup untuk menguasai satu keterampilan, seperti seorang koki yang hanya
menyajikan satu hidangan, tapi melakukannya dengan kesempurnaan.
Keunggulan adalah hasil dari latihan terus-menerus,
refleksi diri, dan ketekunan. Mediokritas muncul saat seseorang berkata, “Ah,
cukup segini saja,” biasanya karena merasa proses menuju keunggulan terlalu
sulit.
Tapi tidak bertindak juga sebuah pilihan—dan sering kali,
itu adalah pilihan menuju mediokritas.
Seorang CEO sadar bahwa keunggulan membutuhkan komitmen
seumur hidup. Mereka menciptakan lingkungan yang mendorong pertumbuhan
berkelanjutan, dikelilingi oleh orang-orang yang juga menghargai kualitas dan
kemajuan.
Prinsip Tindakan #3: Perjelas Visi Anda
Kejelasan adalah fondasi dari segala pencapaian. Visi
yang kabur menghasilkan arah yang lemah. Sebaliknya, visi yang jelas
memungkinkan kita mengambil keputusan strategis, menetapkan prioritas, dan
memotivasi tim.
Visi bukan bawaan lahir—ia bisa dilatih. CEO yang sukses
seperti Bill Gates, Elon Musk, atau Jeff Bezos memulai dengan visi kuat tentang
masa depan. Mereka tidak hanya memimpikan sesuatu, tapi mampu membayangkannya
secara detail dan mengomunikasikannya dengan meyakinkan.
Tanpa visi yang kuat, seseorang akan sulit bergerak
dinamis. Kejelasan bukan sesuatu yang muncul sekali lalu selesai—ia perlu
dikembangkan terus menerus seiring perubahan dan pertumbuhan diri.
Prinsip Tindakan #4: Ambil Keputusan dengan Disiplin
CEO yang efektif adalah pengambil keputusan yang
disiplin. Mereka tahu bahwa setiap keputusan menciptakan momentum. Menunda
karena takut salah justru menciptakan stagnasi.
Tak semua keputusan akan sempurna. Tapi lebih baik
membuat keputusan, belajar darinya, dan menyesuaikan arah, daripada terus
menunggu dan kehilangan momen berharga.
Hambatan terbesar dalam mengambil keputusan bukan
kurangnya data, tapi emosi—takut gagal, takut rugi, atau takut dihakimi. Namun
ketakutan ini berasal dari pikiran kita sendiri. Ketika kita belajar menavigasi
emosi, kita menjadi lebih bebas untuk bertindak.
Keraguan sering kali adalah kepercayaan kita terhadap
hasil yang tidak kita inginkan. Maka, buatlah keputusan bukan karena yakin 100%
akan berhasil, tapi karena itu adalah bagian dari proses bertumbuh.
Prinsip Tindakan #5: Pengaruhi Lewat Kepemimpinan yang
Menginspirasi
CEO sejati tidak memimpin lewat kontrol, tapi lewat pengaruh.
Mereka tidak sekadar memberi perintah, tapi membangun kepercayaan dan
menciptakan inspirasi. Ketika seseorang mengikuti Anda bukan karena terpaksa,
melainkan karena percaya, di situlah pengaruh sejati bekerja.
Pengaruh yang kuat memungkinkan seorang pemimpin
mendelegasikan keputusan kepada timnya—tanpa kehilangan arah. Dalam
kepemimpinan modern, Anda tidak harus memutuskan segalanya sendiri, tapi Anda
harus menciptakan ekosistem yang bisa membuat keputusan yang benar, bahkan saat
Anda tidak ada.
Prinsip Tindakan #6: Utamakan Proses, Bukan Kepanikan
Dalam tekanan dan ketidakpastian, CEO tidak panik—mereka
kembali ke proses. Proses adalah jaminan keberlanjutan. Dengan proses yang
tepat, hasil bisa direplikasi secara konsisten.
Saya sendiri membangun proses untuk segala hal—mulai dari
konten, pengajaran, hingga rutinitas pribadi. Dan seperti semua proses, mereka
tidak langsung sempurna. Mereka perlu diuji, disempurnakan, dan baru kemudian
diotomatisasi. Otomatisasi tanpa fondasi proses yang efektif hanya mempercepat
kegagalan.
Pikirkan seperti CEO: bangun proses terlebih dahulu,
sistemisasikan setelahnya.
Prinsip Tindakan #7: Tumbuhkan Keberanian untuk Terus
Maju
Keberanian bukan berarti tidak takut—keberanian muncul bersama
rasa takut. Jika Anda tidak merasa takut, maka itu bukan keberanian, itu hanya
keterampilan.
Saya pribadi punya fobia terhadap air karena trauma masa
kecil. Ketika saya memilih masuk laut atau kolam dalam, itu keberanian. Tapi
berbicara di depan umum—hal yang sudah biasa saya lakukan—bukan keberanian, itu
kebiasaan.
CEO sejati bergerak meski takut. Mereka tahu bahwa untuk
menciptakan momentum, perlu ada langkah berani yang melampaui zona nyaman.
Pengaruh dan dampak besar tidak lahir dari sikap “bermain
aman”. Mereka datang dari keteguhan untuk bertindak, meski belum ada jaminan
hasil.
How CEOs REALLY Think (7 Counterintuitive Principles You Were Never Taught)
Comments
Post a Comment