PROF SASTIA DAN dr. KARTIKA OVERTHINKING DAN GERD (Gastroesophageal Reflux Disease)

Gut-Brain Axis: The Hidden Connection

Topik yang akan kita bahas cukup relevan dengan kondisi yang banyak dialami generasi saat ini, yaitu tentang overthinking, kecemasan, GERD (Gastroesophageal Reflux Disease), dan berbagai gangguan tidur. Kita semua mungkin pernah mendengar atau bahkan mengalami kondisi-kondisi ini. Dulu mungkin istilah-istilah tersebut belum terlalu dikenal, tapi sekarang rasanya sangat umum, bahkan seperti "penyakit sejuta umat".

Banyak teman saya yang mengeluhkan kondisi GERD, dan biasanya disertai dengan overthinking, stres berlebih, atau gangguan tidur. Hal ini membuat saya berpikir, apakah ini hanya kebetulan? Ataukah ada koneksi yang lebih dalam di antara semua gejala tersebut?

Karena itu, tujuan dari sesi ini adalah untuk belajar bersama. Kita juga ingin tahu dari teman-teman di sini, berapa banyak yang mengalami masalah seperti GERD dan anxiety. Kami akan meluncurkan polling agar kita punya gambaran seberapa umum masalah ini dialami oleh peserta hari ini.

Polling ini akan membantu kita memahami apakah tema yang diangkat benar-benar relevan. Dari data awal, ternyata sekitar 58% peserta menyatakan mengalami gejala GERD. Ini berarti sudah menjadi mayoritas. Anxiety juga cukup tinggi, meskipun tidak sebanyak GERD. Jadi, memang pembahasan ini sangat penting dan sangat relate dengan banyak orang.

Kita akan membahas mengenai Gut-Brain Axis: The Hidden Connection. Tema ini akan menunjukkan bahwa antara sistem pencernaan dan otak kita ternyata saling terhubung erat. Sebagai informasi, saya sendiri adalah seorang microbiologist. Latar belakang pendidikan saya bukan kedokteran, melainkan biologi, jadi saya banyak belajar tentang mikroorganisme. Sementara dokter Kartika tentu saja dari sisi medis, jadi kita akan saling melengkapi.

Saya juga meneliti bahan-bahan alami dalam makanan, dan sangat akrab dengan produk-produk pangan yang biasa kita konsumsi. Ada pepatah, “You are what you eat”, atau bahkan lebih tepatnya sekarang, “You are what you absorb”. Di sinilah kita mulai melihat pentingnya hubungan antara sistem pencernaan dan kesehatan secara menyeluruh, termasuk kesehatan mental.

Contoh sederhana yang mungkin pernah kalian alami—ketika harus tampil di depan umum atau menghadapi situasi menegangkan, tiba-tiba merasa mual atau mulas. Atau sebaliknya, saat pencernaan sedang bermasalah, kita merasa lebih mudah stres atau susah tidur. Itu karena antara otak dan sistem cerna saling mengirimkan sinyal satu sama lain. Ini disebut sebagai bidirectional communication.

Jadi, ketika seseorang mengalami depresi atau kecemasan, pendekatan penyembuhannya tidak bisa hanya fokus pada terapi mental saja. Jika masalah di sistem pencernaan tidak ditangani, maka proses pemulihannya bisa terhambat, dan gejalanya bisa muncul kembali.

Sebaliknya, memperbaiki pola makan dan fungsi cerna tanpa mengelola stres dan pikiran juga bisa menyebabkan ketidakseimbangan. Jadi, ini seperti siklus ayam dan telur—mana yang harus diselesaikan lebih dulu? Jawabannya adalah: keduanya harus dipahami dan ditangani secara bersamaan.

Salah satu kunci koneksi antara otak dan sistem cerna adalah saraf vagus—semacam "jalan tol" komunikasi antara otak dan organ-organ tubuh, termasuk sistem pencernaan. Saraf ini mengatur berbagai hal penting seperti detak jantung, sistem pencernaan, dan bahkan emosi.

Dalam webinar sebelumnya, mungkin ada yang ingat tentang hormon-hormon yang memengaruhi perasaan kita, seperti dopamin dan serotonin. Nah, tahukah kalian bahwa sekitar 90% serotonin—yang dikenal sebagai hormon kebahagiaan—justru diproduksi di usus kita, bukan di otak? Produksi ini melibatkan sel khusus di saluran cerna yang bekerja sama dengan mikrobioma usus, yaitu kumpulan mikroorganisme baik di dalam tubuh kita.

Itulah sebabnya, ketika sistem cerna terganggu, produksi serotonin juga bisa menurun, dan ini dapat memengaruhi suasana hati dan kesehatan mental kita. Di sisi lain, stres berlebih atau tekanan emosional bisa memicu kekambuhan gejala GERD, menciptakan siklus yang saling memperburuk.

Jadi, tujuan kita hari ini adalah memahami keterhubungan tersebut agar bisa mencari solusi yang lebih menyeluruh dan seimbang.

Seringkali terjadi yang disebut defisiensi mikronutrien, dan ini sangat berpengaruh terhadap fungsi otak kita. Ketika tubuh kita kekurangan mikronutrien penting, fungsi kognitif terganggu dan otak tidak bisa bekerja secara optimal. Mungkin ada di antara kita yang tidak mengalami gejala seperti kecemasan (anxiety), tapi kalau pernah merasa mengalami brain fog atau mudah lupa, itu bisa jadi terkait dengan saluran cerna yang tidak berfungsi dengan baik.

Dari sini, kita mulai bisa membayangkan bagaimana eratnya hubungan antara pencernaan dan otak. Untuk menjelaskan lebih lanjut, saya ingin mengundang dr. Kartika untuk membahas apa saja faktor risikonya dan apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki kondisi ini.

Terima kasih Prof. Sasti. Hari ini saya ingin membahas bagaimana sebenarnya koneksi antara kecemasan dan pencernaan. Ternyata keduanya sangat berkaitan erat. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, 90% hormon serotonin — hormon yang membuat kita merasa bahagia — diproduksi di saluran cerna.

Kalau kita lihat lebih dalam, banyak orang mengalami masalah seperti GERD, yang kini hampir seperti penyakit sejuta umat. Tapi yang sering saya tekankan saat bertemu pasien adalah: walaupun kondisi ini sering terjadi, bukan berarti kita boleh menormalkannya. Hal yang sering terjadi belum tentu sesuatu yang normal. Banyak pasien dengan keluhan di saluran cerna ternyata juga mengalami kecemasan, dan kita harus mencari akar masalahnya. Jika akar masalahnya berasal dari pencernaan, yang sebenarnya bisa dicegah dan diatasi, maka kita perlu mulai dari sana.

Saluran pencernaan adalah tempat tubuh menyerap nutrisi. Apa pun yang kita makan—pagi, siang, malam—semua akan diproses di sini. Kalau sistem pencernaan kita sehat, maka nutrisi bisa terserap dengan baik. Tapi kalau ada inflamasi atau peradangan di usus, proses penyerapan terganggu.

Salah satu faktor penting dalam sistem pencernaan adalah asam lambung. Sayangnya, banyak orang menganggap asam lambung sebagai sesuatu yang negatif. Padahal, kita butuh asam lambung dalam jumlah yang normal. Fungsinya sangat penting: untuk memecah protein di lambung agar nantinya bisa diserap sebagai asam amino di usus. Kalau tidak ada cukup asam lambung, maka protein tidak bisa dipecah dengan baik, sehingga proses pembentukan hormon dan sistem metabolisme tubuh juga terganggu. Akibatnya, muncul gejala seperti perut kembung, begah, dan gangguan pencernaan lainnya.

Lebih dari itu, asam lambung juga penting untuk mengaktifkan enzim-enzim yang membantu penyerapan makanan, termasuk mikronutrien seperti magnesium, kalsium, dan zat besi. Jadi jika tubuh kekurangan asam lambung, kita berisiko mengalami defisiensi vitamin dan mineral penting. Apalagi jika pola makan kita tinggi gula, banyak bahan pengawet, dan makanan olahan tinggi, maka risiko peradangan semakin besar.

Asam lambung juga punya peran sebagai pelindung tubuh dari kuman dan toksin. Ketika kita makan sesuatu yang mungkin tercemar bakteri, asam lambunglah yang bertugas membunuh patogen tersebut sebelum masuk lebih jauh ke dalam tubuh.

Selain itu, kita juga perlu memperhatikan dinding usus (gut lining). Ini adalah lapisan pelindung saluran cerna, terdiri dari mukosa dan mikrobiota atau bakteri baik. Bakteri-bakteri ini berfungsi seperti pagar pelindung yang menjaga usus dari toksin dan iritasi. Mereka juga memproduksi asam lemak pendek yang penting untuk produksi serotonin, yang seperti kita tahu tadi sangat erat kaitannya dengan perasaan bahagia dan kestabilan emosi.

Kalau mikrobiota ini terganggu, keseimbangan bakteri baik rusak, dan mukosa atau lapisan lendir (musin) melemah, maka usus jadi lebih mudah rusak dan meradang. Inilah yang bisa memicu kondisi seperti leaky gut, IBD, hingga autoimun.

Kesehatan saluran cerna juga sangat penting untuk sistem imun. Bahkan, sekitar 90% sistem kekebalan tubuh kita ada di saluran cerna. Jadi kalau saluran cerna tidak sehat, tubuh akan lebih mudah terserang penyakit. Gejalanya bisa berupa batuk pilek yang sering kambuh, mudah tertular flu, eksim, dan sebagainya. Ini semua bisa menjadi sinyal bahwa sistem imun kita tidak optimal—dan itu berakar dari kesehatan pencernaan.

Bayangkan jika kita tidak memiliki asam lambung yang cukup, lapisan usus kita rusak, dan kita mengalami peradangan terus-menerus. Maka penyerapan nutrisi terganggu, suplai vitamin dan mineral ke tubuh menjadi tidak optimal, dan akhirnya fungsi organ tubuh menurun. Itulah sebabnya kondisi defisiensi mikronutrisi sangat umum pada orang dengan gangguan pencernaan.

Keseimbangan mikrobiota usus kini sudah dikenal memiliki pengaruh besar, tidak hanya ke otak (gut-brain axis), tapi juga ke sistem hormon (endokrin), jantung, paru-paru, hati, pankreas, dan banyak lagi. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kesehatan usus adalah fondasi dari kesehatan tubuh secara keseluruhan. Maka dari itu, menjaga saluran cerna bukan hanya tentang menghindari sakit perut, tapi juga tentang menjaga keseimbangan emosi, daya tahan tubuh, dan kualitas hidup kita secara menyeluruh.

Menjaga kesehatan pencernaan, khususnya keseimbangan mikrobiota usus, sangat penting karena berpengaruh besar terhadap fungsi sistem lain dalam tubuh, termasuk sistem saraf dan hormon. Mikroorganisme baik seperti Lactobacillus dan Streptococcus berperan penting dalam mendukung kesehatan usus. Konsumsi makanan tinggi probiotik—baik dalam bentuk makanan alami maupun suplemen—dan yang membantu memperbaiki lapisan usus (gut lining) akan mendukung kesehatan gut-brain axis dan sistem endokrin kita.

Seperti disebutkan sebelumnya, sekitar 90% hormon serotonin diproduksi di usus. Mikrobiom atau bakteri baik ini juga membantu dalam proses pembentukan serotonin, termasuk memecah triptofan—asam amino penting yang dibutuhkan dalam produksi serotonin. Mikrobiota juga memengaruhi nervus vagus, yaitu saraf penting yang menstimulasi pelepasan serotonin.

Namun, kita tidak boleh hanya fokus pada probiotik. Prebiotik—makanan bagi bakteri baik—sama pentingnya. Contoh makanan prebiotik termasuk bawang putih, bawang bombay, serta buah dan sayur kaya serat. Serat ini menjadi makanan utama bagi bakteri baik, sehingga keseimbangan mikrobiota tetap terjaga.

Salah satu gangguan yang sering terjadi pada sistem pencernaan adalah leaky gut atau kebocoran usus. Secara alami, usus kita dilindungi oleh lapisan musin dan sel-sel epitel (enterosit) yang menjaga agar zat-zat asing tidak langsung masuk ke dalam peredaran darah. Namun, ketika keseimbangan mikrobiota terganggu akibat konsumsi alkohol, penggunaan berlebihan obat-obatan seperti NSAID dan antibiotik, makanan olahan, gula tinggi, gluten, stres, atau defisiensi seng (zinc), maka perlindungan ini bisa rusak. Zinc sangat penting untuk menjaga integritas gut lining; kekurangannya dapat membuat dinding usus melemah.

Ketika perlindungan ini rusak, partikel makanan yang belum tercerna sempurna, mikroorganisme, dan toksin dari makanan bisa masuk ke dalam tubuh dan memicu respons imun berlebihan. Respons ini bisa berkembang menjadi masalah kesehatan seperti GERD, IBD, dan bahkan autoimun. Sebetulnya, gejala-gejala ini adalah sinyal dari tubuh, dan akar masalahnya seringkali berasal dari sistem pencernaan.

Pencernaan yang sehat juga menentukan penyerapan mikronutrien penting. Misalnya, asam lambung yang cukup sangat dibutuhkan untuk mencerna protein serta menyerap kalsium, magnesium, zat besi, dan vitamin B12. Jika asam lambung terlalu rendah—karena obat-obatan penurun asam atau gaya hidup yang buruk—penyerapan nutrisi ini akan terganggu. Vitamin B12 sangat penting untuk produksi sel darah merah dan membawa oksigen ke otak; kekurangannya dapat menyebabkan kelelahan, kabut otak, hingga gangguan mood.

Cara untuk memperbaiki penyerapan ini dimulai dari hal sederhana, seperti mengunyah makanan lebih lama. Mengunyah 30 kali setiap suapan membantu proses pencernaan dan penyerapan. Mengurangi makanan tinggi gula, makanan olahan, dan bahan tambahan pangan juga sangat penting agar lambung tidak mengalami peradangan kronis.

Konsumsi makanan fermentasi seperti tempe, kimchi, acar, yogurt (plain), dan jahe dapat membantu menyehatkan mikrobiota usus. Suplemen probiotik atau bahan alami seperti lemon water dan cuka apel (apple cider vinegar) juga bisa mendukung asam lambung yang sehat—tentunya harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter, terutama bila memiliki kondisi lambung tertentu.

Masalah seperti kecemasan (anxiety) atau depresi juga bisa ditelusuri ke akar pencernaan. Salah satu penyebab depresi bisa jadi karena defisiensi vitamin D3. Kekurangan ini bisa berasal dari makanan rendah nutrisi, kurangnya paparan sinar matahari, atau penyerapan yang buruk. Selain itu, kualitas buah dan sayur zaman sekarang memang sudah menurun jika dibandingkan puluhan tahun lalu, akibat tanah yang makin miskin nutrisi. Bahkan jika kita sudah makan sayur dan buah secara rutin, risiko defisiensi mikronutrisi tetap ada jika kita tidak menambahkan suplemen berkualitas.

Metode memasak juga berpengaruh. Sayur yang dipanaskan berulang-ulang atau direbus terlalu lama bisa kehilangan sebagian besar nutrisinya. Faktor internal seperti gangguan penyerapan atau masalah pada ginjal juga bisa mengganggu distribusi nutrisi ke seluruh tubuh.

Magnesium seharusnya bisa diserap tubuh, namun karena ada gangguan kecil, akhirnya tidak diserap dan dibuang begitu saja. Faktor genetik juga turut berpengaruh, begitu pula stres kronik yang dapat menyebabkan defisiensi mikronutrien. Beban toksin dari rokok dan alkohol juga mempengaruhi kesehatan pencernaan kita, yang pada gilirannya berhubungan dengan kekurangan mikronutrien. Selain itu, penggunaan obat-obatan seperti antasida atau PPI (seperti omeprazol) yang overuse juga menurunkan kadar asam lambung. Jika penggunaan obat ini tidak sesuai anjuran dokter, pencernaan kita akan terganggu, yang pada akhirnya mempengaruhi penyerapan nutrisi.

Makanan olahan, yang hanya mengandung kalori tanpa nutrisi penting, dapat mengurangi kemampuan metabolisme tubuh dan meningkatkan kadar lemak tubuh. Ini akan menyebabkan peradangan kronis, insulin resistensi, dan berisiko tinggi terhadap penyakit seperti Alzheimer, yang sangat bergantung pada kesehatan pencernaan. Jika pencernaan terganggu, penyerapan nutrisi juga terganggu, sehingga meningkatkan risiko penyakit seperti Alzheimer.

Tanda-tanda defisiensi mikronutrien dapat terlihat dari gejala fisik. Contohnya, kerontokan rambut atau ketombe sering kali disebabkan oleh defisiensi vitamin. Penurunan kadar zat besi dapat terlihat dari wajah yang pucat, sementara kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan lecet pada sudut bibir. Gusi yang mudah berdarah atau bengkak biasanya menandakan kekurangan vitamin C. Gigi berlubang sering kali berhubungan dengan defisiensi vitamin D. Kulit kering bisa menjadi tanda kekurangan asam lemak esensial.

Masalah seperti bibir pecah-pecah dan kulit kering juga dapat menjadi tanda defisiensi vitamin B, yang jika tidak ditangani dengan memperbaiki pencernaan dan asupan nutrisi yang tepat, akan terus berulang. Kondisi seperti kram otot atau kebas-kebas juga bisa menunjukkan adanya defisiensi nutrisi.

Kesehatan mental kita, seperti kecemasan atau depresi, juga dipengaruhi oleh mikronutrien tertentu seperti vitamin B kompleks dan vitamin D. Gangguan tidur atau mimpi buruk bisa hilang dengan menambah asupan vitamin B. Oleh karena itu, perbaikan pola makan dan suplementasi sangat penting untuk mendukung kesehatan mental dan fisik.

Makanan yang tinggi kalori tetapi rendah nutrisi akan menyebabkan peradangan, yang pada akhirnya dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Makanan olahan seperti junk food dapat memperburuk kondisi ini, sementara menggantinya dengan makanan sehat seperti smoothies, sayuran, buah, dan makanan fermentasi akan memperbaiki kesehatan pencernaan.

Makanan yang bergizi tidak harus sulit ditemukan atau tidak enak. Misalnya, kita bisa mengganti mentega dengan alpukat atau memilih jus buah utuh dibandingkan jus kemasan. Makanan yang lebih alami dan bergizi memberikan manfaat lebih banyak bagi tubuh dan pencernaan kita.

Sayangnya, kualitas nutrisi makanan kita semakin menurun dari tahun ke tahun. Berdasarkan data dari 1900-an hingga 2018, kandungan kalsium, magnesium, dan zat besi dalam makanan telah berkurang hingga 80-90%. Oleh karena itu, kita harus lebih waspada terhadap potensi defisiensi mikronutrien yang dapat mempengaruhi kesehatan kita secara keseluruhan.

Cara memasak juga berperan penting dalam mempertahankan kandungan nutrisi makanan. Misalnya, memasak dengan cara kukus akan mengurangi kehilangan nutrisi dibandingkan dengan merebus makanan. Di sisi lain, makanan olahan dan bahan tambahan pangan yang sering ditemukan pada makanan cepat saji dapat merusak sistem pencernaan kita.

Akhirnya, untuk menjaga kesehatan optimal, kita perlu memilih makanan dengan kandungan nutrisi tinggi, meminimalkan pemrosesan, dan melengkapi dengan suplementasi yang sesuai. Tidur yang cukup juga sangat berpengaruh pada mikrobiom tubuh kita, dan mengatur stres akan sangat membantu dalam menjaga kesehatan pencernaan dan kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Untuk mengatasi kecemasan, kita harus melacak akar masalahnya, mulai dari tidur dan makanan, yang semuanya berkontribusi pada kesehatan pencernaan kita. Selain itu, penggunaan produk yang tidak alami atau beracun juga bisa menyumbang pada masalah ini. Sebagai solusinya, kita bisa menggantinya dengan produk yang lebih sehat dan alami. Jangan lupakan juga pentingnya aktivitas fisik, seperti memilih untuk berjalan daripada menggunakan eskalator atau lift, karena ini berpengaruh pada kesehatan mental.

Mengenai masalah kekurangan mikronutrien, probiotik, dan prebiotik, ini menjadi isu besar karena kualitas makanan kita saat ini sangat berbeda dibandingkan dulu. Bahkan, sayuran dan buah-buahan yang kita konsumsi sekarang tidak memberikan nutrisi sebanyak yang dulu. Oleh karena itu, generasi kita lebih rentan terhadap masalah seperti kecemasan.

Kita juga ingin mengenalkan platform yang menghubungkan kita dalam komunitas global. Bright Squad dan Tri International adalah platform yang mempromosikan wellness proaktif, mulai dari merawat diri sendiri hingga komunitas. Ini adalah komunitas global yang terdiri dari berbagai profesi, termasuk dokter, ilmuwan, dan profesional kesehatan yang memiliki visi yang sama untuk berbagi ilmu dan mendukung satu sama lain.

THREE International menawarkan kesempatan bagi orang-orang yang ingin memiliki lebih banyak fleksibilitas waktu dan mengurangi stres dari pekerjaan. Proactive wellness dimulai dengan diri kita sendiri dan mencegah masalah kesehatan sebelum menjadi parah, seperti gangguan pencernaan atau penyakit kronis. Salah satu cara untuk menjaga kesehatan adalah dengan memanfaatkan bahan alami yang dapat diserap tubuh secara optimal. Namun, penting juga untuk mengingat bahwa tidak semua makanan dan suplemen dapat diserap dengan baik oleh tubuh kita, terutama bagi mereka yang mengalami masalah pencernaan.

Untuk mendapatkan manfaat maksimal dari suplemen, tentu kita ingin memilih suplemen yang berkualitas dan tidak sembarangan. Penting bagi kita untuk memilih produk yang tersertifikasi dan diakui oleh para profesional kesehatan. Salah satu contoh suplemen berkualitas adalah produk dari Three, yang merupakan satu-satunya perusahaan suplemen di Amerika dengan produk-produk yang seluruhnya terdaftar dalam PDR (Physicians' Desk Reference), sebuah referensi digital yang dipercaya oleh tenaga medis.

Perlu diketahui, tidak semua suplemen dapat terdaftar di PDR. Banyak suplemen di luar sana yang merupakan produk white label, yang artinya formulanya tidak unik dan hanya diproduksi secara massal dengan branding berbeda-beda. Sebaliknya, produk Three diracik dengan sangat hati-hati dan memiliki formula yang unik, di mana bahan-bahannya dipilih dan digabungkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, termasuk penyerapan nutrisi yang lebih tinggi.

Selain itu, Three juga didukung oleh studi klinis yang membuktikan manfaatnya bagi kesehatan, dengan hasil yang diakui oleh tenaga medis. Ini adalah salah satu alasan mengapa saya, sebagai seorang ilmuwan, merasa nyaman mengonsumsi produk ini, karena kualitas dan efikasinya terbukti melalui data ilmiah, bukan sekadar klaim tanpa bukti.

Three menawarkan berbagai produk unggulan, seperti Vitalité yang mendukung kesehatan mikrobioma usus, Revive yang membantu menurunkan peradangan, Immune yang mengandung vitamin D3 untuk mendukung sistem imun, serta Purify yang meningkatkan penyerapan nutrisi dan membantu detoksifikasi. Selain itu, produk Eternal mengandung antioksidan yang bermanfaat untuk penuaan dan kesehatan kulit, serta ada juga suplemen kolagen yang mendukung kesehatan sendi dan dinding usus.

Produk-produk ini tidak hanya mendukung kesehatan secara umum, tetapi juga berfokus pada pemeliharaan kesehatan usus, yang merupakan bagian penting dari sistem imun kita. Selain itu, untuk mereka yang peduli dengan kesehatan kulit, ada produk skin serum yang dapat membantu memperbaiki kondisi kulit sekaligus meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.

Bagi teman-teman yang tertarik, ada kesempatan untuk bergabung menjadi bagian dari komunitas global Three dan menikmati manfaat dari berbagai produk serta peluang bisnis yang ditawarkan. Menjadi anggota Bright Squad memungkinkan Anda mendapatkan akses ke mentoring dan pengembangan diri yang bermanfaat, selain tentu saja dapat membeli produk dengan harga khusus anggota.

Jika Anda ingin tahu lebih lanjut tentang cara bergabung atau mencoba produknya, jangan ragu untuk menghubungi orang yang mengundang Anda ke sini. Terima kasih banyak sudah bergabung dan semoga informasi ini bermanfaat bagi kesehatan Anda.

Comments

Popular posts from this blog

KUPAS TUNTAS ETERNEL THREE

KUPAS TUNTAS PURIFI THREE

THREE Mr. Les Brown - Christine Peterson and Samson Li