Brain suzuki 2
Neuroscientist: The truth behind memory loss — and how to stop it with exercise | Dr. Wendy Suzuki
https://www.youtube.com/watch?v=AtWl6wRnZDo
π₯ BEST POINT – Cerita Wendy tentang Transformasi lewat Gerakan
πͺ 1. Fisik
-
Mulai dari menari hip-hop yang membuatnya canggung, tapi meningkatkan kebugaran aerobik secara signifikan.
-
Olahraga rutin terbukti secara ilmiah meningkatkan fungsi hippocampus, mendukung pertumbuhan sel otak baru.
-
Efeknya setara bahkan lebih kuat daripada beberapa obat antidepresan, tanpa efek samping.
π§ 2. Emosional & Mental
-
Sebelumnya merasa produktif tapi tidak bahagia.
-
Aktivitas fisik rutin membantunya keluar dari fase “terjebak” secara emosional.
-
Menyadari bahwa rasa tak bahagia tidak selalu butuh solusi rumit—kadang hanya butuh bergerak.
π 3. Intelektual
-
Menyadari bahwa menulis proposal jadi lebih lancar karena otak lebih fokus.
-
Efek olahraga terhadap kreativitas dan konsentrasi terbukti dari meningkatnya performa akademik dan ide-ide segar.
-
Merancang kurikulum unik “Can Exercise Change Your Brain?” berdasarkan pengalaman pribadi dan riset ilmiah.
π± 4. Spiritual & Kesadaran Diri
-
Pengalaman pribadi menjadi pemicu kesadaran baru tentang koneksi tubuh-jiwa.
-
Menyadari bahwa memahami teori belum cukup—kita harus merasakan untuk mengalami transformasi.
-
Mengalami "awakening" tentang bagaimana satu perubahan kecil bisa membuka jalan ke versi diri yang lebih utuh.
π€ 5. Sosial & Komunitas
-
Membuka ruang kelas jadi laboratorium gerakan bersama mahasiswa.
-
Menggabungkan seni dan sains dalam proyek kolaboratif (Art Meets Brain) yang mempertemukan seniman dan peneliti.
-
Memperluas dampak dengan berbicara di TED Talk dan menulis buku populer.
πΌ 6. Profesional & Karya Hidup
-
Dari ilmuwan textbook jadi komunikator ilmiah kelas dunia.
-
Perubahan gaya hidup sederhana (rutinitas gerak) memicu fase karier baru penuh makna dan pengaruh.
-
Menjadikan gerakan sebagai jembatan antara sains dan masyarakat umum.
✨ Satu Kalimat Kunci:
“Aku tahu olahraga itu penting. Tapi baru setelah aku merasakannya, hidupku berubah.”
✅ Kenapa empat menit?
Karena empat menit terasa mungkin dilakukan.
-
Tips empat menit di akhir setiap bab (dalam Healthy Brain, Happy Life) dimaksudkan agar orang benar-benar mulai, tidak kewalahan.
-
Kebiasaan kecil ini bisa memicu perubahan besar dalam jangka panjang.
✅ Perlukah selalu pagi?
Tidak harus.
-
Penulis memilih 30 menit setiap pagi karena cocok baginya, tapi waktu terbaik adalah kapan saja kamu bisa.
-
Tidak perlu aktivitas berat. Jalan kaki saja sudah cukup baik.
✅ Hanya 10 menit jalan kaki = manfaat nyata.
-
Penelitian menunjukkan 10 menit berjalan bisa:
-
Mengurangi rasa cemas
-
Mengusir mood negatif
-
Meningkatkan emosi positif
-
-
Ini bukan untuk depresi klinis, tapi untuk stres & suasana hati sehari-hari.
✅ Pesan utamanya:
Mulailah dengan kecil, realistis, dan konsisten.
Bahkan waktu singkat bisa berdampak besar bagi otak dan kesejahteraan emosional kita.
Neuroscientist kelas dunia Dr. Wendy Suzuki menunjukkan
sebuah otak manusia yang diawetkan. Dia menjelaskan bahwa di sinilah ingatan
paling bahagia maupun paling menyedihkan kita tersimpan—seperti saat pertama
kali menggendong anak kita. Tapi bagaimana caranya agar ingatan-ingatan itu
benar-benar melekat?
Dr. Wendy Suzuki adalah profesor ilmu saraf di New York
University dan penulis buku Healthy Brain, Happy Life. Penelitiannya membuka wawasan
tentang bagaimana kita bukan hanya dapat menunda datangnya demensia, tetapi
juga meningkatkan kecerdasan dan kesehatan mental kita.
Bagian favorit Wendy dari otak adalah lobus temporal, karena
di sanalah terdapat hippocampus—struktur penting untuk membentuk memori
peristiwa, seperti kelahiran anak. Saat kita menua, hippocampus mulai mengalami
kerusakan, sehingga kita kesulitan menyimpan informasi baru dalam memori jangka
panjang. Namun kabar baiknya, banyak hal yang bisa kita lakukan untuk
menguatkan “otot” otak ini. Tidak
semua area otak orang dewasa bisa menumbuhkan sel otak baru, hanya dua area
yang bisa—dan di sinilah sains tidur, nutrisi, dan olahraga sangat penting.
Setiap kali kita menggerakkan tubuh, ada gelombang neurokimia yang dilepaskan
di otak, membantu hippocampus menumbuhkan sel otak baru.
Ketika ditanya rutinitas olahraga pribadinya, Wendy
menegaskan betapa pentingnya aktivitas fisik bagi otak. Ia bahkan mengatakan,
menggerakkan tubuh adalah hal paling transformatif yang dapat kita lakukan
untuk kesehatan otak, saat ini juga.
Dalam sebuah sesi tanya jawab cepat, Wendy menjawab berbagai
pertanyaan populer. Saat ditanya apakah otak kita menyusut seiring usia, ia
menjawab tidak. Apakah otak kita masih bisa tumbuh saat dewasa? Ya. Apakah
jenis olahraga tertentu bisa membuat kita lebih pintar? Ya. Apakah risiko
demensia kita sudah tetap sejak dewasa? Tidak. Apakah hanya dengan lebih banyak
berjalan kaki kita bisa mengurangi risiko demensia? Ya. Hal paling
mengejutkan yang ia temukan tentang otak adalah betapa dahsyatnya pengaruh gerak
tubuh terhadap kesehatan otak.
Sebagian besar karier Wendy memang didedikasikan untuk
meneliti bagaimana otak membentuk dan menyimpan memori jangka panjang. Setiap
orang biasanya memiliki satu memori yang sangat membekas, seperti kelahiran
anak, yang terasa begitu hidup dalam ingatan meski sudah bertahun-tahun
berlalu—sementara apa yang kita makan pagi ini mungkin sudah terlupa. Mengapa
hal ini bisa terjadi?
Wendy menjelaskan bahwa resonansi emosional adalah kunci. Kita mengingat
momen paling bahagia dan paling sedih karena ada struktur berbentuk almond di
otak bernama amigdala. Amigdala terhubung erat dengan hippocampus, memberi
“warna emosional” yang membuat memori bertahan lama. Jadi peristiwa yang sangat
menggugah, baik bahagia maupun sedih, akan lebih mudah melekat dalam ingatan.
Selain itu, pengulangan, asosiasi, dan kebaruan juga
memperkuat memori. Kita cenderung mengingat sesuatu yang dihubungkan dengan
hal-hal lain yang sudah tersimpan dalam memori jangka panjang, karena
hippocampus bekerja dengan cara mengaitkan berbagai potongan informasi (siapa,
apa, kapan, di mana, bagaimana) menjadi satu kesatuan.
Untuk membedakan, Wendy mencontohkan memori episodik—ingatan
tentang fakta dan peristiwa dalam hidup kita—yang sangat bergantung pada
hippocampus. Namun ada juga memori motorik, seperti bagaimana caranya memutar
kunci tertentu di pintu rumah atau melakukan pukulan forehand dalam tenis.
Jenis memori ini melibatkan struktur otak berbeda, yaitu striatum.
Kemudian pembicaraan berlanjut tentang bagaimana memori
berubah seiring usia. Wendy membahas dampak penyakit Alzheimer yang ia lihat
pada neneknya, serta bagaimana hal itu membuat ayahnya begitu takut menghadapi
risiko serupa. Melihat seseorang perlahan kehilangan memorinya menyadarkan kita
bahwa memori adalah inti dari siapa diri kita.
Dan meskipun secara umum ingatan kita melemah seiring
usia—bahkan Wendy sendiri merasakannya jika dibandingkan dengan saat berusia
20-an—pengetahuannya tentang ilmu otak memberinya optimisme. Masih ada banyak yang bisa kita
lakukan untuk merawat dan menguatkan memori, serta menjaga otak kita tetap
tajam sepanjang hidup.
π Dr. Wendy Suzuki
✅ Hippocampus adalah kunci
memori
- Struktur
otak ini menyimpan memori peristiwa penting (episodic memory), seperti
kelahiran anak.
- Saat
kita menua, hippocampus mulai rusak, membuat memori baru sulit terbentuk.
✅ Amigdala memberi “warna
emosional”
- Emosi
kuat (bahagia atau sedih) membuat memori lebih melekat.
- Itulah
mengapa kita ingat momen emosional bertahun-tahun, tapi lupa sarapan pagi.
✅ Gerak tubuh = pupuk otak
- Olahraga
melepaskan neurokimia yang memicu hippocampus menumbuhkan sel otak baru.
- Ini
adalah salah satu dari dua area otak yang masih bisa memproduksi neuron di
usia dewasa.
✅ Olahraga adalah “intervensi”
paling transformatif untuk otak
- Dr.
Wendy menyebut: “Menggerakkan tubuh adalah hal paling transformatif untuk
kesehatan otak, saat ini juga.”
✅ Memori diperkuat oleh:
- Emosi:
Resonansi emosional menancapkan memori lebih dalam.
- Pengulangan:
Semakin sering diulang, semakin kuat tertanam.
- Asosiasi:
Diingat lebih baik jika terhubung dengan memori lain.
- Kebaruan:
Pengalaman pertama sangat mudah diingat.
✅ Ada banyak jenis memori
& jalurnya berbeda:
- Episodik:
Fakta & peristiwa hidup → hippocampus.
- Motorik:
Cara membuka kunci, main tenis → striatum.
✅ Risiko demensia tidak
“terkunci”
- Risiko
Alzheimer dan demensia bisa ditekan dengan aktivitas fisik sederhana
seperti berjalan lebih sering.
✅ Memori membentuk siapa kita
- Itu
sebabnya kehilangan memori (seperti pada Alzheimer) terasa seperti
kehilangan jati diri.
Dr. Wendy Suzuki memulai dengan kabar baik. Banyak orang di
usia paruh baya merasa memori mereka menurun, padahal sebagian besar yang
terjadi sebenarnya adalah meningkatnya interference atau gangguan. Kita
cenderung melakukan lebih banyak hal, mengenal lebih banyak orang, dan
menjalani lebih banyak hubungan yang harus diatur dibanding ketika berusia 12
tahun, saat jumlah teman maupun hal yang perlu diingat jauh lebih sedikit.
Gangguan-gangguan ini buruk bagi memori kita.
Wendy menekankan betapa menenangkan pemahaman ini: otak kita
sebenarnya tetap bekerja dengan baik, hanya saja hidup kita semakin sibuk. Ia
juga menambahkan bahwa memberi diri waktu untuk meditasi atau refleksi dapat
mengurangi gangguan tersebut. Misalnya, tidak membaca ponsel sambil berjalan
atau sambil makan, agar perhatian kita tidak terpecah. Kebiasaan mindfulness
membantu “membersihkan sampah” mental sehingga kita bisa fokus pada hal-hal
yang penting untuk diingat. Wendy
sendiri melakukan praktik meditasi harian dan merasakan manfaatnya dalam
membantu menyaring apa yang penting dan apa yang bisa diabaikan.
Pembicaraan lalu berlanjut pada mengapa memori tampak
melemah saat kita menua. Wendy kembali dengan kabar positif: pada sebagian
orang, memori tetap terjaga sangat baik sampai usia lanjut. Namun ketika memori mulai
bermasalah, seperti pada kasus ayahnya yang terkena Alzheimer, biasanya
kerusakan dimulai pada hippocampus. Wendy mengamati tanda awal ketika
ayahnya tidak lagi bisa mengingat jalan pulang dari kedai kopi yang biasa ia
kunjungi setiap hari—itu
adalah bentuk memori spasial yang sangat bergantung pada hippocampus. Ketika
hippocampus mulai rusak oleh plak dan kusut protein khas Alzheimer, ia tidak
lagi mampu menyimpan informasi baru dalam memori jangka panjang.
Hal ini menjelaskan mengapa penderita Alzheimer tetap bisa
mengingat masa kecil atau masa SMA dengan sangat jelas. Ingatan lama ini sudah
tidak lagi tersimpan di hippocampus, melainkan di area lain otak, sehingga
lebih tahan lama. Tapi karena hippocampus rusak, otak tak mampu menyimpan
pengalaman baru seperti sarapan atau makan siang kemarin. Wendy bahkan sering
bertanya pada mahasiswanya, apakah mereka akan tetap menjadi orang yang sama
jika menghapus pengalaman SMA mereka. Jawabannya selalu tidak. Itulah mengapa
ketika hippocampus mulai rusak, perlahan memori yang membentuk siapa diri kita
mulai hilang.
Wendy juga menjelaskan bahwa lupa tidak selalu berarti
Alzheimer. Banyak faktor yang membuat memori sulit terbentuk, salah satunya adalah stres dan
kecemasan. Hampir semua orang pernah mengalami tidak bisa mengingat
sesuatu ketika dalam kondisi sangat tegang—bukan karena demensia, melainkan karena stres
menghambat proses penyimpanan memori. Namun stres juga ibarat pedang
bermata dua. Sedikit rasa gugup atau tekanan justru meningkatkan performa,
seperti saat ia memberi kuliah terbaik ketika agak tegang. Jika terlalu stres,
kita kesulitan mengingat cerita yang ingin disampaikan. Sebaliknya, jika
terlalu santai, performa juga tidak optimal.
Ia menegaskan bahwa kita sering “menjelek-jelekkan” stres,
padahal sedikit stres diperlukan untuk memotivasi kita. Namun, jika stres dan
kecemasan muncul terus-menerus, terutama akibat tekanan sosial media yang
membuat kita merasa tidak cukup baik, ini akan berdampak buruk bagi otak.
Akhirnya Wendy mengklarifikasi persepsi umum: tidak semua
orang pasti mengalami Alzheimer meski usia panjang memang meningkatkan
risikonya. Penurunan fungsi otak seiring usia sering dianggap pasti, seperti
halnya orang tua yang tidak lagi bisa menaiki tangga. Padahal ini tidak selalu
demikian, dan banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mempertahankan kesehatan
otak sepanjang hidup.
Ketika ditanya apakah otak kita pasti akan terus menurun
seiring usia—seperti otot yang melemah—Dr. Wendy Suzuki menjelaskan bahwa
jawabannya tidak sesederhana itu. Memang, saat kita menua, serat otot kita akan
menurun kualitasnya, dan kemungkinan besar kita tidak akan sekuat saat usia 25
ketika sudah berumur 75. Tapi kabar baiknya, banyak hal yang bisa kita lakukan
untuk menguatkan “otot otak” kita.
Di
sinilah pentingnya ilmu-ilmu seperti sains tidur, gizi, olahraga,
hingga koneksi sosial. Wendy menekankan, kita sering hanya memikirkan
makanan dan aktivitas fisik untuk tubuh, padahal otak kita juga bergantung pada
nutrisi yang baik, olahraga yang rutin, tidur yang cukup, dan hubungan sosial
yang sehat. Bahkan, studi terpanjang tentang kebahagiaan yang dimulai
Harvard sejak tahun 1920-an menunjukkan bahwa faktor terbesar yang membuat hidup bahagia adalah jumlah
koneksi sosial yang dimiliki seseorang.
Kemudian percakapan beralih pada minat utama Wendy, yaitu
bagaimana olahraga memengaruhi otak. Untuk menjelaskan, Wendy membawa sesuatu
yang istimewa—sebuah kotak topi berisi otak manusia asli yang telah diawetkan.
Otak ini ia beri nama “Betty,” dan menjadi otak paling sering difoto di pesisir
timur Amerika karena sering ia bawa ke kuliah-kuliahnya di NYU.
Ia membuka kotak itu dan mengenakan sarung tangan. Bagi yang
menyaksikan lewat video, Wendy memperlihatkan tur singkat anatomi otak: bagian
depan adalah lobus frontal yang penting untuk fokus, perhatian, dan
pengambilan keputusan. Di bagian belakang ada lobus oksipital, tempat
kita memproses penglihatan. Menariknya, semua saraf dari retina berjalan menuju
bagian belakang ini, sehingga sebenarnya kita “melihat dengan belakang kepala.”
Itulah sebabnya kalau terbentur di belakang kepala, kita sering melihat bintang-bintang—karena
visual cortex di sana terstimulasi.
Di antara keduanya ada lobus parietal, yang mengatur
persepsi ruang. Dan favorit Wendy adalah lobus temporal, di dekat
pelipis. Di sanalah hippocampus berada, struktur yang memproses memori
sebelum nanti disimpan di permukaan otak (korteks) melalui pengulangan. Tepat
di bawahnya ada serebelum, yang penting untuk gerakan motorik halus,
seperti bermain alat musik atau bahkan hanya berjalan tanpa tersandung.
Wendy lalu mengingatkan: di dalam struktur inilah tersimpan
seluruh kehidupan seseorang—kepribadian, bagaimana seseorang melihat,
merasakan, mencium, tertawa, dan menangis. Dia menunjukkan betapa otak manusia
sangat padat, dengan banyak lipatan. Jika permukaan korteks otak diurai, bisa
membentang hingga menutupi meja. Sebaliknya otak tikus, contohnya, hanya
sekitar satu inci dan halus tanpa lipatan—menunjukkan kapasitas komputasinya
jauh lebih rendah.
Meski begitu, otak manusia hanya sekitar satu kilogram,
sangat kecil jika dibandingkan dengan ratusan server raksasa yang dibutuhkan
untuk menjalankan sistem AI seperti ChatGPT. Wendy menekankan betapa luar biasa
efisiensi otak kita yang kecil, padat, dan “lunak seperti tahu keras”—namun
bisa menghasilkan kesadaran, rasa cinta, ingatan, hingga identitas diri.
Selain neuron yang bertanggung jawab atas pemrosesan utama,
hanya ada satu jenis sel utama lain di otak: glia, yang awalnya dianggap
hanya sel pendukung tapi kini diketahui juga berperan dalam fungsi kognitif.
Kombinasi dua tipe sel ini dan koneksi-koneksinya membuat kita mampu merasakan
jatuh cinta, mengenang kelahiran anak, dan menjalani pengalaman manusia seutuhnya.
Otak kita memang terlindungi oleh tengkorak yang keras, tapi
Wendy mengingatkan, di antara otak dan tengkorak ada lapisan mirip kantong kain
berisi cairan serebrospinal—seperti kasur air yang melindungi otak dari
benturan langsung. Inilah sebabnya mengapa helm sangat penting.
Pada akhir sesi, sang pewawancara akhirnya memberanikan diri
memegang Betty. Ia terkejut otak ini terasa berat, padat, dan sangat berbeda
dari kesan awalnya yang seolah seperti spons. Ia juga tertegun memikirkan
betapa semua rasa takut, cinta, dan tawa seseorang dulunya berada di dalam
struktur lunak ini.
Dan akhirnya mereka merenungkan perbedaan mencolok antara
otak biologis dan mesin buatan manusia. Untuk menandingi fungsi otak, sistem AI
modern memerlukan ratusan server besar dengan konsumsi listrik luar
biasa—padahal otak manusia hanya seukuran melon kecil dan bekerja dengan cara
yang jauh lebih efisien, kompleks, sekaligus memukau.
π Dr. Wendy Suzuki
✅ Memori menurun seringnya
bukan karena otak rusak, tapi karena hidup kita makin sibuk.
- Saat
dewasa kita punya lebih banyak yang diurus (pekerjaan, keluarga, relasi) →
ini menimbulkan interference yang menghambat daya ingat.
✅ Mindfulness & meditasi
membantu “membersihkan gangguan” agar memori lebih fokus.
- Duduk
tenang, tidak multitasking, melatih otak memilah mana yang penting
disimpan.
✅ Hippocampus adalah pusat
memori baru.
- Jika
hippocampus mulai rusak (seperti pada Alzheimer), otak tak bisa lagi
menyimpan memori baru.
- Tapi
memori lama (masa kecil, SMA) tetap aman karena sudah dipindah ke bagian
otak lain.
✅ Stres bisa bantu atau ganggu
memori.
- Sedikit
stres meningkatkan performa & memori (misalnya grogi saat presentasi
membuat kita lebih tajam).
- Terlalu
stres justru memblok kemampuan mengingat.
✅ Alzheimer bukan satu-satunya
penyebab lupa.
- Lupa
saat stres, cemas, atau terlalu sibuk itu normal, tidak sama dengan
demensia.
✅ Semakin tua, risiko
Alzheimer memang naik, tapi tidak semua orang pasti kena.
- Banyak
hal bisa kita lakukan untuk menjaga otak (olahraga, makan sehat, tidur
cukup, sosialisasi).
✅ Orang dengan Alzheimer
biasanya masih ingat masa lalu, tapi lupa peristiwa baru.
- Karena
hippocampus tidak bisa lagi mengarsip memori baru ke jangka panjang.
✅ Sedikit stres adalah bahan
bakar. Terlalu santai pun tidak bagus.
- Dr.
Wendy bilang kuliah terbaiknya justru saat dia agak gugup, bukan terlalu
rileks atau terlalu tegang.
Dr. Wendy Suzuki menyebut otak manusia sebagai struktur
paling kompleks yang pernah dikenal manusia — lunak seperti puding, namun
menyimpan keseluruhan hidup seseorang. Setiap kali ia mengeluarkan otak manusia
yang diawetkan (yang ia beri nama “Betty”) dari kotaknya, ia selalu teringat:
ini dulu adalah seluruh kehidupan seseorang. Itulah sebabnya ia mendedikasikan
kariernya untuk mempelajari bagaimana semua ini bekerja.
Kita memang sudah mengetahui banyak hal tentang ilmu saraf,
tapi sebenarnya kita masih sangat sedikit memahami apa yang terjadi di otak
saat kita, misalnya, jatuh cinta. Tidak ada area “korteks cinta” khusus. Kita
hanya tahu bahwa saat cinta mendalam, area otak yang mengatur rasa takut
bekerja lebih lambat, sehingga kita cenderung jadi lebih berani.
Hal ini membuat para ilmuwan AI sangat tertarik meniru otak
manusia, karena kecanggihannya jauh melampaui teknologi apa pun yang kita punya
saat ini. Setelah itu, Wendy pun mengembalikan “Betty” ke kotaknya, sambil
menegaskan betapa menakjubkannya melihat langsung wujud otak: bukan lagi konsep
abstrak, tapi organ sungguhan yang memuat seluruh memori, perasaan, dan
kepribadian kita.
Lalu muncul pertanyaan menarik: apakah otak benar-benar
menyusut saat kita menua?
Wendy menjelaskan, saat menua, otak kita tidak secara umum mengalami kematian
sel besar-besaran. Yang
lebih sering terjadi adalah berkurangnya sinapsis, yaitu koneksi antar
sel otak. Itulah sebabnya meski selnya masih banyak, kemampuan memproses
informasi dan kecepatan berpikir bisa menurun, karena jalur komunikasinya
berkurang.
Namun, pada kondisi stres berat jangka panjang seperti PTSD
atau trauma perang, kadar kortisol yang terus tinggi bisa mulai merusak
sinapsis. Kalau berlanjut, akhirnya sel otak juga bisa terdampak. Ini yang
menyebabkan penyusutan di area tertentu otak, misalnya lobus temporal. Berita
baiknya, ini bukan proses umum pada penuaan biasa. Kebanyakan orang hanya akan
kehilangan sebagian koneksi, bukan selnya.
Jadi, bisakah kita mencegah penurunan ini?
Inilah inti penelitian Wendy selama bertahun-tahun: neuroplastisitas.
Otak kita bisa berubah secara anatomi, fisiologi, dan fungsi, tergantung
pengalaman hidup yang kita jalani. Ada dua sisi:
- Plastisitas
positif, misalnya saat kita belajar hal baru atau aktif berolahraga,
ukuran dan fungsi area tertentu otak justru meningkat.
- Plastisitas
negatif, misalnya karena stres berat, yang justru mengecilkan area
otak tertentu.
Contoh paling jelas datang dari studi musisi profesional.
Penelitian menunjukkan latihan bertahun-tahun dapat memperbesar area motor
cortex yang mengatur gerakan jari mereka — misalnya pada pemain biola, area
untuk tangan kiri menjadi lebih besar. Sayangnya, manfaat ini tidak permanen
kalau kita berhenti total berlatih. Seperti otot, otak juga perlu latihan
rutin.
Selain latihan musik, apa lagi yang paling efektif?
Jawabannya: gerakan tubuh. Wendy menyebut, bergerak adalah hal paling
transformatif yang bisa kita lakukan untuk otak. Tidak hanya karena bagus untuk
jantung atau otot, tapi juga karena setiap kali kita bergerak, otak
dibanjiri “mandi busa” neurokimia. Ini termasuk dopamin, serotonin,
noradrenalin, endorfin—semuanya membantu suasana hati langsung lebih baik,
meningkatkan fokus, bahkan mempercepat reaksi.
Dan tidak perlu maraton. Jalan cepat 10 menit, naik-turun
tangga, semua sudah memberi efek. Namun untuk perubahan paling luar biasa, kita perlu melakukannya rutin.
Setiap
aktivitas fisik memicu pelepasan BDNF (brain-derived neurotrophic factor), yang
seperti menyiram air pupuk ke hippocampus, membantu area otak ini tumbuh sel
baru. Wendy suka menggambarkannya: “saya ingin hippocampus saya jadi
besar, gemuk, dan berbulu lembut.” Karena hippocampus yang sehat akan menyimpan
memori lebih baik dan memperlambat dampak Alzheimer, penyakit yang juga
merenggut ayahnya.
Dia
mengakui: olahraga bukanlah obat untuk Alzheimer. Tapi dengan hippocampus yang
lebih besar dan kuat, akan butuh waktu lebih lama bagi penyakit ini untuk
mengikis ingatan kita. Itulah kekuatan dari menjaga otak
tetap aktif dan terus “diberi makan” lewat gerak, tantangan baru, hubungan
sosial, dan manajemen stres.
π BEST POINTS – Dr.
Wendy Suzuki tentang otak & penuaan
✅ Otak itu plastis.
- Bisa
berubah bentuk, ukuran, dan koneksi tergantung apa yang kita lakukan. Ada
plastisitas positif (belajar, bergerak) & negatif (stres berat,
trauma).
✅ Penuaan biasa tidak merusak
sel otak, tapi mengurangi sinapsis.
- Koneksi
antar sel (sinapsis) yang biasanya hilang duluan, itulah kenapa kecepatan
pikir & daya ingat menurun.
✅ Stres kronis (seperti PTSD)
bisa benar-benar mengecilkan bagian otak.
- Kadar
kortisol tinggi merusak sinapsis, lalu sel otak, terutama di lobus
temporal. Ini bukan proses normal semua orang alami, tapi terjadi pada
stres berat.
✅ Hippocampus adalah “mesin
memori” yang bisa ditumbuhkan.
- Hippocampus
membantu kita membentuk & menyimpan memori baru. Bisa menumbuhkan sel
baru lewat proses neurogenesis.
✅ Bergerak adalah cara paling
transformatif menjaga otak.
- Setiap
bergerak, otak mendapat “mandi busa” neurokimia: dopamin, serotonin,
noradrenalin, endorfin → mood naik, fokus tajam, reaksi cepat.
✅ BDNF = pupuk otak.
- Olahraga
rutin meningkatkan BDNF yang menyirami hippocampus, membantu menumbuhkan
sel otak baru → hippocampus jadi “gemuk, besar, lembut” → risiko Alzheimer
tertunda.
✅ Efek belajar atau olahraga
tidak permanen jika berhenti.
- Seperti
otot, otak juga harus terus dilatih supaya tetap kuat & fleksibel.
✅ Cinta itu nyata di otak,
tapi tak punya “korteks cinta.”
- Saat
jatuh cinta, area otak pengatur rasa takut jadi tumpul → lebih berani
mengambil risiko.
Kita sebenarnya sudah tahu cukup banyak tentang bagaimana
olahraga memengaruhi otak kita. Kalau kamu rutin bergerak, ini benar-benar bisa
menurunkan risiko terkena demensia. Ada banyak studi korelasional yang
menunjukkan, makin sering seseorang berolahraga di usia pertengahan atau
lanjut, makin kecil kemungkinannya mengembangkan demensia. Memang, semakin kita
menua, risiko demensia tetap meningkat. Tapi melihat dari sisi anatomi otak dan
semua yang kita tahu tentang plastisitas otak yang positif akibat aktivitas
fisik, sangat masuk akal kalau olahraga dapat menunda munculnya demensia.
Plastisitas otak sendiri adalah istilah umum yang
menggambarkan perubahan anatomi, fisiologi, atau fungsi otak. Dalam konteks
olahraga, ini bukan hanya fungsi tapi benar-benar perubahan struktur otak kita.
Menariknya, hanya ada dua bagian otak orang dewasa yang bisa menumbuhkan sel
otak baru. Yang pertama adalah olfactory bulb (terkait penciuman), yang
tak dipengaruhi olahraga tapi dipengaruhi oleh banyaknya rangsangan bau. Itulah
kenapa seorang sommelier atau koki bisa punya olfactory bulb yang lebih
berkembang. Yang kedua adalah hippocampus, pusat memori kita — dan inilah yang
bisa kita bantu tumbuh dengan bergerak lebih sering.
Apakah ada titik di mana sudah terlambat untuk mulai
bergerak agar otak tetap sehat? Tidak. Bahkan studi menunjukkan orang dengan
tahap awal demensia atau penurunan kognitif ringan masih bisa memperbaiki skor
kognitif mereka lewat aktivitas fisik rutin. Mereka tidak harus lari maraton,
cukup jalan kaki dengan pengawasan. Penelitian juga menemukan bahkan orang
berusia 90-an masih menumbuhkan sel hippocampus baru. Ini menunjukkan kemampuan
neurogenesis tetap ada, meskipun kita tidak tahu pasti apakah olahraga pada
usia itu akan menambah sel lebih banyak. Tapi tanda-tanda sel baru tetap
muncul.
Bagian paling menyemangati dari ini adalah bahwa tidak
peduli seberapa tua kita, selalu ada sesuatu yang bisa dilakukan untuk
memengaruhi masa depan otak kita. Ini memberi rasa optimis, mematahkan
keyakinan lama bahwa gen sepenuhnya menentukan nasib, dan bahwa kita tidak bisa
berbuat apa-apa. Bahkan di usia lanjut, tindakan kita bisa tetap punya
pengaruh.
Selain perlindungan jangka panjang, olahraga rutin juga
memberikan efek psikologis dan kognitif jangka pendek. Dua temuan paling umum
dari literatur ilmiah soal efek olahraga pada otak adalah: pertama, olahraga
jangka panjang meningkatkan suasana hati secara keseluruhan. Kita jadi punya
lebih banyak emosi positif dan lebih sedikit emosi negatif seperti stres dan
kecemasan. Kedua, olahraga meningkatkan kemampuan kita untuk mengalihkan dan
memusatkan perhatian, fungsi yang sangat bergantung pada korteks prefrontal.
Ini penting sekali, terutama di dunia sekarang di mana perhatian kita
terus-menerus terpecah antara ponsel, laptop, orang di sekitar, atau kendaraan
yang lewat.
Kalau ditanya, apakah olahraga membuat kita “lebih pintar”?
Jawabannya: ya, dalam arti kita bisa bekerja lebih baik dengan fungsi korteks
prefrontal yang lebih optimal. Perubahan fungsi hippocampus juga ada, tapi ini
biasanya terlihat setelah program olahraga rutin yang lebih panjang, misalnya
enam bulan hingga satu tahun. Pertumbuhan sel otak tidak terjadi dalam dua
hari; ini proses biologis yang memerlukan waktu. Namun studi pada hewan
menunjukkan betapa kuatnya efek olahraga dalam menumbuhkan hippocampus.
Kondisi ini mengingatkan pada data luar biasa dari “blue
zones” — daerah-daerah di dunia di mana banyak orang hidup lebih dari 100 tahun
dengan fungsi kognitif yang tetap bagus. Mereka tidak mengikuti pola makan atau
olahraga musiman, tapi menjalani gaya hidup aktif sepanjang hayat. Mereka naik turun gunung,
makan sedikit daging merah, banyak makan sayuran fermentasi, dan gaya hidup
mereka membentuk kesehatan otak secara alami.
Kalau seseorang benar-benar ingin mulai berolahraga, apakah
harus langsung jadi pelari maraton? Sama sekali tidak. Jalan kaki saja sudah
cukup untuk mendapatkan manfaat perbaikan mood instan. Untuk perubahan jangka
panjang pada hippocampus dan korteks prefrontal, kuncinya adalah melakukan
aktivitas apa pun yang meningkatkan detak jantung — yang disebut aktivitas
aerobik. Bahkan power
walking sudah termasuk. Dan sebenarnya, bagi pemula justru lebih cepat
meningkatkan detak jantungnya dibanding orang yang sudah lama rutin olahraga.
Jadi ada “keuntungan pemula” di situ.
Kamu tidak perlu memusingkan apakah harus lebih banyak
langkah atau lebih cepat. Setiap langkah berarti, tapi kalau bisa, tambahkan
langkah yang lebih cepat supaya detak jantung naik. Semua gerakan dihitung —
dari berjalan ke toko, memutari mal, hingga naik turun tangga. Yang penting:
buat aktivitas itu menyenangkan agar konsisten melakukannya.
Soal
target, banyak orang di internet bilang harus olahraga berat berjam-jam,
padahal tidak. Justru bukti ilmiah menunjukkan dosisnya tidak harus ekstrem.
Yang paling penting adalah melakukannya secara teratur dan memastikan cukup
meningkatkan detak jantung untuk memicu semua proses hebat ini di otak.
✅ 1. Olahraga membuat otak
benar-benar berubah.
Rutin bergerak mengubah anatomi otak: meningkatkan koneksi antar sel (sinaps),
memperbesar hippocampus (pusat memori), dan memperkuat korteks prefrontal
(fokus & atensi).
✅ 2. Bisa menunda atau
mengurangi risiko demensia.
Semakin sering bergerak di usia dewasa & lanjut, semakin kecil kemungkinan
mengembangkan demensia. Ini selaras dengan ilmu plastisitas otak yang kita
ketahui.
✅ 3. Tidak pernah terlambat
untuk mulai.
Bahkan orang usia 90-an masih terbukti menumbuhkan sel otak baru (neurogenesis)
di hippocampus. Orang dengan penurunan kognitif ringan juga masih bisa membaik
dengan rutin berjalan kaki.
✅ 4. Olahraga meningkatkan
suasana hati & menurunkan stres.
Rutin berolahraga mengubah baseline mood: lebih banyak emosi positif, lebih
sedikit stres & kecemasan.
✅ 5. Memperbaiki fokus &
perhatian.
Fungsi korteks prefrontal meningkat, membuat kita lebih mampu mengalihkan &
memusatkan perhatian — hal yang amat penting di dunia modern yang penuh
distraksi.
✅ 6. Efek jangka pendek &
panjang.
Hanya dengan jalan cepat 10 menit, otak langsung mendapat “bubble bath”
neurokimia seperti dopamin, serotonin, endorfin, yang meningkatkan mood &
fokus.
Dengan latihan rutin (bulan-tahun), struktur otak juga berubah (hippocampus
lebih besar & lebih sehat).
✅ 7. Tidak perlu maraton,
jalan cepat cukup.
Yang penting aktivitas menaikkan detak jantung (aerobik). Jalan cepat, menari,
berkebun, naik turun tangga, semua bermanfaat.
✅ 8. Kunci: lakukan teratur
& nikmati.
Tak harus ekstrem, tapi harus menjadi bagian gaya hidup sehari-hari, seperti
pola hidup di blue zones (orang-orang berumur panjang dengan otak tetap tajam).
✅ 1. “Dosis minimal” olahraga
yang terbukti bantu otak:
π
3 kali seminggu, 45 menit aerobik (misalnya spin class) selama 3 bulan ➔
terbukti meningkatkan mood, fungsi prefrontal cortex (fokus), & hippocampus
(memori).
Bahkan pada orang yang sebelumnya hampir tidak pernah olahraga (<20
menit/minggu).
✅ 2. Semakin sering, semakin
baik.
Dalam studi, orang yang tingkat fitnesnya sedang (olahraga 2x/minggu) lalu naik
frekuensi hingga 7x/minggu selama 3 bulan, memperlihatkan peningkatan lebih
besar di mood, fokus, & memori.
π
Setiap putaran pedal, setiap tetes keringat, benar-benar berarti.
✅ 3. Makanan juga penting:
pola makan Mediterania / MIND.
ππ
π₯
Lebih sedikit daging merah, lebih banyak sayur, buah berwarna, kacang, ikan —
membantu mengurangi inflamasi, yang terkait Alzheimer & penurunan fungsi
otak.
✅ 4. Gut-brain connection
makin jelas.
Penelitian menunjukkan mikrobioma usus memengaruhi otak & respon terhadap
pola makan.
Program personalized nutrition (seperti studi Zoe) berhasil memperbaiki
komposisi bakteri usus → potensi besar untuk kesehatan otak.
✅ 5. Inflamasi kronis sangat
buruk untuk otak.
Baik pola makan anti-inflamasi maupun olahraga rutin sama-sama penting
menurunkan inflamasi sistemik → melindungi otak.
✅ 6. Tidak pernah terlambat.
Bahkan orang usia 90-an masih bisa menumbuhkan sel otak baru (neurogenesis) di
hippocampus.
✅ 7. Cara paling praktis
memulai:
- Lakukan
“personal experiment”.
Pilih aktivitas ringan (misalnya jalan cepat 10-15 menit/hari), amati mood, energi, fokus minggu itu vs minggu sebelumnya. - Naikkan
perlahan sesuai rasa nyaman.
- Fokus
pada konsistensi & kesenangan, bukan intensitas ekstrem.
✅ 8. Contoh rutinitas pribadi
pakar otak:
- 30
menit sehari kardio & angkat beban ringan (campur yoga &
kickboxing).
- Gunakan
alat sederhana di rumah (matras, dumbbell).
- Fokus
pada durasi yang masuk akal & menyenangkan, supaya konsisten.
Awalnya terdengar agak menakutkan, tapi setelah kamu
menjelaskan itu semua terasa sangat terjangkau. Hanya perlu matras yoga,
beberapa dumbbell, dan video online yang bisa kita ikuti dari rumah — ternyata
itu sudah cukup untuk mendapatkan semua manfaat luar biasa yang kamu sebutkan.
Betul sekali. Saya sendiri dulu butuh datang ke kelas, ada
pelatih yang energik, musik yang seru, dan suasana bareng orang lain untuk
memotivasi. Bertahun-tahun saya bangun “otot konsistensi” itu di sana. Karena
itu sekarang saya bisa latihan sendiri di rumah. Mungkin kamu juga butuh ajak
teman, supaya saling menyemangati. Dulu saya termotivasi karena malu kalau
semua orang melihat saya menyerah di kelas.
Saya rasa itu sangat relevan. Dalam pengalaman saya, yang
paling membuat saya disiplin justru punya pelatih — rasanya seperti gabungan
teman dan guru. Kalau tidak, saya pasti tergoda untuk skip latihan dan memilih
kerja lagi. Tapi karena
ada orang yang menunggu, rasanya tidak enak kalau membatalkan. Itu jadi kunci
yang membuat saya terus bergerak.
Jujur saja, meski sudah lama saya rutin olahraga demi
kesehatan, saya jarang merasa antusias sebelum memulai. Saya selalu setengah
malas, tapi begitu selesai, rasanya luar biasa. Jadi saya benar-benar butuh
alasan eksternal supaya tetap melakukannya.
Sekarang izinkan saya merangkum poin-poin penting, kamu
koreksi kalau ada yang kurang tepat:
Kita mulai dengan fakta bahwa makin panjang umur kita, makin
tinggi risiko terkena demensia atau gangguan otak lainnya. Kabar baiknya, ada
banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menurunkannya — terutama olahraga.
Kamu
menggambarkan dengan indah bahwa hanya dengan power walking saja, otak kita
langsung terendam “mandi gelembung” neurokimia bahagia yang langsung
memperbaiki ingatan, kecepatan reaksi, dan membuat kita merasa lebih baik hanya
beberapa menit setelahnya. Kalau dilakukan rutin, manfaatnya lebih besar lagi:
kita bisa benar-benar menumbuhkan sel otak baru di hippocampus, bagian otak
yang penting untuk memori, sehingga jadi “lebih besar, gemuk, dan berbulu” —
dalam artian bagus. Dan kabar paling hebat: bahkan jika kita baru mulai di usia
90-an, kita masih bisa menumbuhkan sel otak baru.
Semakin sering kita bergerak, semakin rendah kemungkinan
kita mengembangkan demensia. Tapi manfaatnya tidak hanya soal mencegah
Alzheimer — olahraga juga terbukti menurunkan stres dan kecemasan, serta
membuat kita lebih bahagia dalam jangka panjang.
Lalu soal apa yang sebenarnya perlu kita lakukan — ternyata
sangat sederhana. Jalan cepat 10 menit saja sudah bisa memberi efek langsung
pada mood, asal cukup meningkatkan detak jantung (aerobik). Itu bisa dari
menari, berkebun, atau aktivitas apapun yang membuat kita sedikit ngos-ngosan.
Malah kalau kamu belum fit, kamu lebih cepat dapat
manfaatnya, karena detak jantungmu lebih gampang naik. Penelitian menunjukkan
hanya dengan 2-3 kali seminggu olahraga 45 menit, otak kita sudah membaik. Dan
semakin kita menambah frekuensi atau durasi, manfaatnya juga meningkat: mood,
fokus, dan memori semuanya jadi lebih baik.
Kamu sendiri sudah membuktikan ini dengan latihan tiap hari
sekitar 30 menit di rumah, hanya pakai matras, dumbbell, dan video latihan
online. Itu saja sudah cukup untuk membuatmu yakin otakmu bekerja lebih
optimal. Luar biasa. Terima kasih sudah membagikan semua ini!
✅ Olahraga secara teratur
menurunkan risiko demensia.
Semakin rutin kita bergerak (bahkan sejak usia paruh baya), semakin kecil
kemungkinan terkena demensia atau Alzheimer.
✅ Latihan fisik langsung
memicu “mandi” neurokimia bahagia.
Hanya dengan jalan cepat 10 menit saja, otak terendam dopamin, serotonin,
endorfin, yang memperbaiki mood, fokus, dan memori.
✅ Hippocampus — pusat memori —
bisa tumbuh bahkan di usia 90-an.
Olahraga membuat hippocampus bertambah besar (“lebih gemuk dan fluffy”) karena
menumbuhkan sel otak baru.
✅ Tidak pernah terlambat.
Bahkan orang yang mulai olahraga di usia lanjut (bahkan awal demensia) masih
bisa meningkatkan skor kognitifnya.
✅ 2-3 kali seminggu saja sudah
signifikan.
Penelitian menunjukkan olahraga aerobik (misalnya 45 menit spinning) 2-3
kali/minggu selama 3 bulan meningkatkan mood, fokus, dan hippocampus.
✅ Semua gerakan yang menaikkan
detak jantung bermanfaat.
Dari power walking, menari, berkebun, hingga kickboxing — semua yang membuat
jantung berdetak lebih cepat membantu otak.
✅ Latihan mengubah baseline
otak.
Dalam jangka panjang, olahraga rutin membuat kita lebih sering merasa positif,
lebih jarang stres & cemas, serta meningkatkan kemampuan fokus.
✅ Buat jadi eksperimen
pribadi.
Coba tambah aktivitas fisik kecil ke rutinitasmu, lalu rasakan efeknya pada
mood, energi, dan fokus. Setiap orang unik, temukan dosis & jenis gerakan
yang paling pas.
✅ Kombinasi dengan pola makan
anti-inflamasi (seperti diet Mediterania) makin mendukung otak.
Peradangan kronis berkontribusi pada penurunan fungsi otak; pola makan sehat +
olahraga saling menguatkanand of of exercise like people want to know exactly
how much so I'm going to start with a study we did in people that
Comments
Post a Comment