HARVARD MEDICAL SCHOOL - KESEIMBANGAN HIDUP -BY Dr. Elizabeth Frates, MD
https://www.youtube.com/@HMSContinuingEd
https://www.youtube.com/playlist?list=PL9hnCXfz_xynSZoAM5ApQwTHCgnNvOebF
Kebutuhan Dasar dan Hierarki Kesejahteraan
Kita bisa belajar dari Hierarki Kebutuhan Maslow, yang menggambarkan kebutuhan manusia secara berjenjang:
- Kebutuhan fisiologis: makanan, air
- Keamanan: tempat tinggal, stabilitas
- Hubungan sosial: rasa memiliki, koneksi
- Harga diri
- Aktualisasi diri: menjadi versi terbaik dari diri kita
Shapiro dan rekan-rekannya kemudian mengadaptasi model ini khusus untuk profesi medis:
- Dasar: makanan dan hidrasi
- Berikutnya: keselamatan pasien dan tenaga medis
- Lalu: rasa dihargai dan dihormati
- Selanjutnya: penghargaan dan pengakuan
- Puncaknya: kesempatan untuk menyembuhkan pasien dan memberi kontribusi bermakna
Namun untuk sampai ke puncak itu, tenaga medis perlu memiliki:
- Otonomi
- Sumber daya yang cukup
- Waktu untuk berpikir dan refleksi
Makna, Koneksi, dan Kesejahteraan Emosional
Salah satu penyebab kelelahan dan burnout adalah hilangnya rasa koneksi dan tidak merasa memiliki tempat.
Penelitian oleh Haslam dan koleganya di Journal of Applied Psychology menunjukkan bahwa:
- Rasa memiliki dan keterhubungan menciptakan rasa bermakna dalam hidup
- Komunitas yang positif memperkuat harga diri, efikasi diri, dan kebahagiaan
- Dalam lingkungan kerja seperti rumah sakit, klinik, atau divisi medis—membangun koneksi dan rasa kebersamaan sangat penting
Rasa koneksi inilah yang mendasari kesejahteraan emosional, kepercayaan diri, dan perasaan “Saya berarti”.
Menetapkan Batas: Kunci Keseimbangan Hidup
Menjaga batas pribadi (boundaries) adalah aspek penting dalam kesejahteraan yang sering diabaikan.
Banyak dari kita memasuki dunia medis karena ingin membantu, menyembuhkan, dan melayani. Tapi karena terlalu sering berkata “ya” pada semua permintaan, kita justru kehilangan waktu untuk diri sendiri.
Akibatnya:
- Kita menyenangkan semua orang, tapi melupakan diri sendiri
- Kita kelelahan, kehilangan ketenangan batin, dan merasa kewalahan
Solusinya?
- Tentukan tujuan utama hidup Anda
- Apa makna dan visi hidup Anda?
- Dari situ, Anda bisa memilih dengan sadar: mana yang perlu Anda katakan “ya”, dan mana yang patut Anda tolak
Menetapkan batas bukan berarti egois—justru itulah tanda cinta kepada diri sendiri, dan langkah penting menuju ketenangan jiwa dan hidup yang seimbang.
🎯 Tentukan Tujuan dan Prioritas Hidup Anda
Apa tujuan utama Anda?
- Apa tujuan karier Anda tahun ini?
- Apa target bulan ini? Minggu ini?
- Apa prioritas yang benar-benar penting dalam hidup Anda?
Langkah pertama: Identifikasi tujuan hidup dan
karier Anda.
Tuliskan dengan jelas:
- Tujuan jangka panjang
- Tujuan jangka pendek
- Nilai dan misi pribadi
Dengan begitu, ketika seseorang datang menawarkan proyek atau peluang baru, Anda tidak serta-merta berkata “ya”. Sebaliknya, luangkan waktu untuk mengevaluasi apakah peluang itu sejalan dengan prioritas dan tujuan Anda.
Jika Anda memutuskan untuk mengambil tawaran itu, pastikan Anda melepaskan sesuatu yang lain agar memiliki cukup waktu dan energi untuk fokus pada panggilan utama Anda.
🧠 Tunda Jawaban, Renungkan Dulu
Kebanyakan dari kita punya kebiasaan refleksif untuk
langsung bilang, "Ya, tentu! Saya bisa kerjakan itu!"
Tapi salah satu mentor saya pernah berkata:
“Belajarlah untuk mendengarkan secara penuh, dan kemudian
jawab:
‘Terima kasih sudah memikirkan saya. Ini terdengar seperti kesempatan yang
menarik.
Bolehkah saya ambil sedikit waktu untuk merenung, lalu saya akan kembali
memberikan jawaban?’”
Jika orang yang memberi Anda tawaran tidak mengizinkan waktu untuk berpikir, itu bisa menjadi tanda bahaya—mungkin ada tekanan yang tidak sehat.
Bahkan jika Anda yakin ingin mengatakan “ya”, tetap latih diri Anda untuk berkata:
“Saya sangat menghargai tawaran ini, dan saya ingin meluangkan waktu untuk mengevaluasi proyek saya saat ini, prioritas saya, dan mencocokkannya dengan kesempatan ini.”
Kebiasaan ini bukan hanya membantu Anda, tetapi juga bisa menular secara positif ke orang yang mengundang Anda—mendorong budaya reflektif dan penuh pertimbangan.
🏠 Batasan Antara Dunia Kerja dan Kehidupan Pribadi
Menjaga batasan antara kerja dan rumah sangat penting. Kita perlu belajar meninggalkan pekerjaan di tempat kerja dan hadir sepenuhnya di rumah.
Tanyakan pada diri sendiri:
- Jika Anda tidak sedang on call, apakah Anda benar-benar perlu membalas pesan atau email itu sekarang juga?
- Bisakah Anda mematikan ponsel selama 1–2 jam saat di rumah?
- Bisakah Anda menutup laptop dan fokus pada pasangan, anak, hewan peliharaan, atau diri sendiri?
Penting bagi kita untuk mencerna hari kita, bukan sekadar bereaksi terus-menerus terhadap notifikasi.
Bayangkan seperti apa waktu keluarga ideal Anda. Lalu tetapkan batas agar itu bisa terwujud. Bila Anda berhasil menjaga batas ini, Anda akan:
- Lebih fokus dan puas saat bekerja
- Lebih penuh hadir dan damai saat di rumah
🩺 Kesejahteraan Klinisi: Lebih dari Sekadar Individu
Kesehatan dan kesejahteraan dokter dan tenaga kesehatan tidak hanya bergantung pada resiliensi pribadi, seperti:
- Tidur cukup
- Pola makan sehat
- Aktivitas fisik
- Latihan pernapasan
Tetapi juga ditentukan oleh budaya dan sistem kerja.
Misalnya:
- Apakah di divisi atau departemen Anda ada aturan tentang menjawab pesan atau email saat akhir pekan?
- Jika Anda tidak sedang jaga (off-call), bisakah Anda menikmati akhir pekan bebas kerja?
Solusi:
- Jika Anda perlu menulis email saat akhir pekan, jadwalkan pengiriman untuk hari Senin pagi agar menghormati waktu istirahat rekan kerja Anda.
- Bila semua orang sepakat dengan batasan ini, akan tercipta lingkungan kerja yang lebih sehat, harmonis, dan manusiawi.
🌱 10 POINT PENTING — Kebutuhan Dasar & Hierarki Kesejahteraan
1️⃣ Pahami Hierarki Kebutuhan
Belajar dari Maslow (fisik → aman → sosial → harga diri → aktualisasi diri), lalu adaptasi untuk profesi medis (makanan-hidrasi → keselamatan pasien & nakes → rasa dihargai → pengakuan → memberi kontribusi bermakna).
2️⃣ Pastikan kebutuhan dasar terpenuhi
Mulai dari makanan sehat, cukup minum air, tidur yang memadai, dan rasa aman (baik fisik maupun emosional). Tanpa fondasi ini, sulit naik ke tingkat kesejahteraan berikutnya.
3️⃣ Makna & rasa koneksi itu vital
Penelitian (Haslam dkk) menunjukkan rasa memiliki (sense of belonging) memperkuat harga diri, efikasi diri, & kebahagiaan. Komunitas positif di tempat kerja mengurangi burnout.
4️⃣ Tetapkan batas (boundaries)
Belajar berkata “tidak” pada permintaan yang tak sejalan dengan tujuan utama Anda. Menolak dengan bijak adalah bentuk cinta diri yang akan menjaga energi & ketenangan batin.
5️⃣ Kenali nilai & tujuan hidup
Tentukan apa yang benar-benar penting bagi Anda, baik jangka pendek maupun panjang. Ini jadi kompas saat memilih proyek atau peluang baru.
6️⃣ Latih kebiasaan menunda jawaban
Saat mendapat tawaran, katakan:
“Terima kasih, boleh saya ambil waktu untuk merenungkan dulu?”
Ini mencegah keputusan impulsif & memberi ruang refleksi.
7️⃣ Bangun batas antara kerja & rumah
Misalnya:
-
Matikan notifikasi 1–2 jam saat di rumah
-
Jangan buka laptop jika tak darurat
-
Nikmati hadir sepenuhnya bersama keluarga / diri sendiri
8️⃣ Buat waktu berkualitas di rumah
Tanyakan pada diri sendiri:
“Kalau saya tidak on call, apakah saya betul-betul perlu membalas email/pesan sekarang?”
Ini membantu memisahkan dunia kerja & kehidupan pribadi.
9️⃣ Ingat: kesejahteraan klinisi tak hanya soal individu
Selain pola makan, tidur, olahraga & meditasi, kita juga perlu budaya kerja sehat. Contoh:
-
Tidak mengirim email saat akhir pekan
-
Menghormati waktu istirahat kolega
🔟 Jadilah agen perubahan
Dengan menetapkan batas & menghormati waktu orang lain, Anda ikut membangun budaya kerja yang manusiawi — bukan hanya untuk Anda, tapi juga rekan kerja & generasi berikutnya.
Comments
Post a Comment