HARVARD MS - MIND SET [Growth Mindset]
A Growth Mindset and How It Influences Personal Development: Part 12
https://www.youtube.com/watch?v=HhNDfPBKXgc
Elizabeth Frates, MD, summarizes guidelines from US Health and Human Services (HSS)
๐ฑ Pola Pikir Bertumbuh (Growth Mindset)
Sebagai seorang klinisi, sangat penting untuk mengadopsi dan mempertahankan growth mindset—pola pikir yang percaya bahwa:
- Kita bisa terus belajar
- Kita bisa berkembang dengan kerja keras dan strategi baru
- Kita bisa bangkit dari kesalahan
Carol Dweck, penggagas konsep ini, membedakan dua tipe pola pikir:
- Fixed Mindset: “Saya memang seperti ini, tidak bisa lebih pintar.”
- Growth Mindset: “Saya bisa belajar. Saya bisa mengatasi hambatan. Saya bisa menjadi lebih baik.”
Ketika Anda mengalami kesalahan:
- Jangan tenggelam dalam rasa malu atau menyalahkan diri.
- Alih-alih berkata, “Saya gagal, saya tidak akan pernah jadi dokter yang baik...”, katakan:
“Apa yang sebenarnya terjadi?
Apa yang bisa saya pelajari?
Bagaimana saya bisa memperbaiki prosesnya agar tidak terulang?”
Kesalahan bukan akhir. Kesalahan
adalah peluang belajar.
Dengan mindset ini, kita tidak hanya tumbuh sebagai profesional, tapi juga
sebagai manusia yang terus belajar dan berkembang.
๐ฑ Bagaimana Saya Bisa Belajar dan Bertumbuh dari Ini?
Ketika sebuah kesalahan atau kegagalan terjadi, alih-alih bertanya "mengapa ini terjadi pada saya?", ubahlah pertanyaan menjadi:
"Apa yang
bisa saya pelajari dari ini?"
"Bagaimana saya bisa tumbuh menjadi pribadi dan profesional yang lebih
baik karena kejadian ini?"
"Bagaimana saya bisa naik ke level berikutnya setelah ini
terjadi?"
Jika kesalahan terjadi dalam tim, divisi, departemen, organisasi, atau klinik tempat kita bekerja, mari kita katakan bersama:
"Ya, ini terjadi. Sekarang mari kita perbaiki. Mari kita ambil pelajaran. Dan mari kita jadi lebih baik karena hal ini."
Itulah pendekatan terbaik dalam menghadapi kesalahan. Karena satu hal yang pasti: kesalahan akan terjadi. Kita semua manusia. Tidak ada yang sempurna.
๐ง Dengan Growth Mindset, Kita Tidak Terjebak dalam Rasa Bersalah
Orang dengan fixed mindset cenderung:
- Terpaku pada kesalahan
- Merasa malu atau bersalah
- Menyalahkan diri sendiri atau orang lain
- Terjebak dalam pikiran negatif dan keputusasaan
Sebaliknya, growth mindset membuat kita:
- Melihat kesalahan sebagai peluang belajar
- Menggali pelajaran dari peristiwa tersebut
- Mencari cara untuk memperbaiki proses
- Bertumbuh dan berkembang melalui pengalaman
Penelitian menunjukkan bahwa mereka yang memiliki growth mindset lebih kecil kemungkinannya untuk mengulangi kesalahan yang sama. Ini bukan hanya filosofi; ini adalah strategi hidup dan kerja yang nyata.
๐ฌ Growth Mindset Adalah Kunci Pembelajar Sejati
Kita adalah tenaga kesehatan, klinisi, pendidik. Kita memilih profesi ini karena kita ingin menyembuhkan dan membantu. Dan untuk itu, kita harus menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Kesalahan dan tantangan adalah bagian dari perjalanan kita. Yang terpenting bukanlah kesalahan itu sendiri, tetapi pelajaran yang kita petik dan bagaimana kita melanjutkan langkah dengan lebih bijaksana dan kuat.
๐ Bukti Ilmiah: Growth Mindset Mengubah Hasil Belajar
Di Stanford University, penelitian menunjukkan bahwa bahkan sejak bayi, otak manusia memiliki kapasitas luar biasa untuk belajar. Namun, seiring bertambahnya usia, banyak orang mulai mengembangkan fixed mindset — keyakinan bahwa kemampuan adalah sesuatu yang tetap dan tidak bisa berubah.
Carol Dweck, pencetus teori growth mindset, membuktikan bahwa:
- Anak-anak dan siswa dengan fixed mindset cenderung menghindari tantangan.
- Mereka lebih fokus terlihat “pintar” daripada berani mencoba hal baru.
- Sebaliknya, mereka dengan growth mindset lebih tahan terhadap kegagalan, lebih gigih, dan belajar lebih cepat.
๐จ๐ฑ Studi Nasional di Chile: Mindset Mempengaruhi Prestasi
Dalam sebuah studi besar terhadap 160.000 siswa kelas 10 di Chile, ditemukan bahwa:
- Di semua level ekonomi, siswa dengan growth mindset memiliki skor yang jauh lebih tinggi dalam bahasa dan matematika.
- Bahkan, banyak siswa miskin dengan growth mindset berprestasi setara atau lebih tinggi dibanding siswa kaya yang memiliki fixed mindset.
๐ Hasil Luar Biasa di Kelas 7 dan Mahasiswa Universitas
Dalam studi lanjutan, siswa yang baru masuk kelas 7 (transisi sulit dalam pendidikan) dibagi menjadi dua kelompok:
- Satu kelompok hanya diajarkan keterampilan belajar (study skills).
- Kelompok lainnya diajarkan growth mindset sekaligus keterampilan belajar.
Hasilnya:
- Kelompok pertama tetap mengalami penurunan nilai, terutama dalam matematika.
- Kelompok kedua mengalami lonjakan prestasi yang signifikan!
Begitu pula dengan mahasiswa jurusan Ilmu Komputer. Wanita yang mengikuti modul growth mindset terbukti:
- Lebih percaya diri
- Lebih gigih dalam menghadapi tantangan
- Lebih sukses menyelesaikan program studi mereka
๐ก Kesimpulan
Setiap kesalahan adalah batu loncatan,
bukan batu sandungan.
Setiap tantangan adalah ladang belajar, bukan akhir jalan.
Dengan growth mindset, kita tidak hanya menyembuhkan pasien, tetapi juga menyembuhkan
cara kita melihat diri kita sendiri.
Jika Anda seorang pemimpin, pengajar,
atau anggota tim, mari sebarkan pola pikir ini ke rekan kerja, mahasiswa, atau
staf kita.
Karena ketika sebuah organisasi menumbuhkan growth mindset secara
kolektif, maka budaya belajar dan inovasi akan hidup dan bertumbuh bersama.
๐ง Hasil Modul Growth Mindset: Performa Lebih Baik, Rasa Milik yang Lebih Tinggi
Dalam studi lanjutan, mahasiswa yang mengikuti modul growth mindset berbasis komputer menunjukkan:
- Rasa memiliki (sense of belonging) yang jauh lebih tinggi dalam bidang ilmu komputer
- Peningkatan performa akademik yang signifikan dalam mata kuliah tersebut
- Minat yang lebih besar untuk mengambil kembali mata kuliah ilmu komputer di masa depan
๐ Studi Nasional: Menguji Kapan dan Untuk Siapa Growth Mindset Paling Efektif
Musim
gugur lalu, dipimpin oleh David Yeager (mantan mahasiswa PhD dari Stanford),
tim kami meluncurkan sebuah studi nasional besar.
Kami menyampaikan modul growth mindset berbasis komputer ke siswa SMA di
seluruh Amerika Serikat.
Tujuan utama studi ini:
- Mengetahui siapa yang paling diuntungkan oleh modul ini
- Mengetahui kapan waktu terbaik untuk menyampaikannya
- Menemukan cara terbaik untuk menyesuaikan program ini, agar semakin banyak siswa di seluruh negeri bisa menjadi pembelajar efektif
๐ฑ 10 POINT PENTING — GROWTH MINDSET UNTUK KLINISI & PEMBELAJAR SEPANJANG HAYAT
1️⃣ Fixed vs Growth Mindset
- Fixed Mindset: percaya kemampuan bawaan tetap & takut gagal.
- Growth Mindset: yakin bisa belajar, berkembang, & jadi lebih baik dengan usaha & strategi.
2️⃣ Kesalahan = Peluang Belajar
Daripada berkata:
“Saya gagal, saya
tidak akan pernah jadi dokter yang baik.”
katakanlah:
✅
“Apa yang sebenarnya terjadi?”
✅
“Apa yang bisa saya pelajari?”
✅
“Bagaimana saya bisa mencegah ini terulang?”
3️⃣ Hindari Terjebak Rasa Bersalah
- Fixed mindset ➡️ malu, menyesali diri, atau menyalahkan orang lain.
- Growth mindset ➡️ gali pelajaran, ubah proses, berkembang lewat pengalaman.
Penelitian menunjukkan ini membuat kesalahan lebih jarang terulang.
4️⃣ Growth Mindset = Pembelajar Sejati
Sebagai dokter, perawat, pendidik, atau tenaga kesehatan — kita dituntut terus belajar. Tantangan & kesalahan adalah bagian alami dari jalan menuju keahlian.
5️⃣ Bukti Ilmiah Stanford
- Siswa dengan growth mindset lebih tahan gagal & lebih gigih.
- Mereka tidak takut mencoba hal baru hanya demi terlihat “pintar”.
6️⃣ Studi Nasional Chile: Lebih Penting dari Status Sosial
Penelitian pada 160.000 siswa Chile menunjukkan siswa miskin dengan growth mindset berprestasi setara atau lebih tinggi dibanding siswa kaya dengan fixed mindset.
7️⃣ Efek Modul Growth Mindset di Kelas & Kampus
- Siswa kelas 7 yang diajari growth mindset naik drastis nilainya, khususnya matematika.
- Mahasiswi ilmu komputer lebih percaya diri, gigih, & sukses setelah belajar growth mindset.
8️⃣ Dampak Organisasi: Budaya Inovasi & Pembelajaran
Ketika growth
mindset ditanamkan di divisi, rumah sakit, atau fakultas, akan tumbuh:
✅
budaya belajar
✅
rasa ingin tahu
✅
inovasi kolektif
9️⃣ Tanya Diri Sendiri Saat Gagal
Daripada “kenapa ini terjadi pada saya?”, ubah jadi:
๐ฑ “Apa yang bisa saya pelajari?”
๐ฑ “Bagaimana ini membuat saya jadi profesional
& manusia yang lebih baik?”
๐ Setiap Kesalahan = Batu Loncatan
Kesalahan bukan
akhir jalan, tapi batu loncatan menuju kebijaksanaan & keahlian.
Sebarkan mindset ini ke rekan kerja, mahasiswa, dan tim Anda.
๐ฎ Mengubah Cara Belajar: Game Matematika "Brain Points" untuk Anak SD
Kami juga berkolaborasi dengan ilmuwan
komputer di University of Washington untuk menciptakan game matematika
inovatif untuk siswa sekolah dasar.
Dalam game tradisional, siswa mendapatkan poin karena menjawab dengan benar dan
cepat.
Namun dalam “Brain Points”, siswa justru mendapatkan poin karena:
- Gigih berusaha
- Mencoba banyak strategi berbeda
- Membuat kemajuan, sekecil apa pun
Dan hasilnya luar biasa:
- Di game biasa, hanya siswa berprestasi tinggi yang bertahan hingga akhir dan menikmati permainan.
- Namun dalam versi Brain Points, lebih banyak siswa berprestasi rendah yang tetap bermain sampai selesai, terlibat sepenuhnya, dan menikmati proses belajar.
Pesan pentingnya:
“Di permainan ini, semua orang bisa menang—karena semua orang bisa belajar.”
๐ Mengubah Arti dari Kesulitan
Pelatihan semacam ini mengubah arti dari “kesulitan” di benak siswa:
- Dalam fixed mindset, kesulitan = tanda bahwa mereka tidak cukup pintar, dan mereka ingin menyerah.
- Dalam growth mindset, kesulitan = peluang untuk tumbuh, dan mereka ingin terus mencoba.
Gambar otak siswa yang ditunjukkan dalam penelitian menunjukkan:
- Dalam fixed mindset, setelah melakukan kesalahan, tidak ada aktivitas otak signifikan. Otak menolak memproses kesalahan.
- Dalam growth mindset, setelah
kesalahan, aktivitas otak meningkat, memproses dan memperbaiki
kesalahan di percobaan berikutnya.
Inilah makna sejati dari pembelajaran.
๐ซ Membangun Budaya Growth Mindset di Sekolah dan Komunitas
Bukan hanya individu yang bisa
memiliki growth mindset.
Satu komunitas atau sekolah secara keseluruhan juga bisa mengadopsinya.
Contoh nyata datang dari Stephanie
Fryberg, lulusan PhD dari Stanford dan kini profesor di University of
Washington.
Ia kembali ke komunitas suku asli Amerika tempat ia tumbuh besar, dan
melakukan transformasi total:
- Melatih para guru selama musim panas tentang cara mengajarkan pada siswa bahwa otak bisa tumbuh dan berkembang.
- Membantu para guru menyusun strategi pengajaran yang menyampaikan pesan pertumbuhan itu secara nyata.
- Membuat acara televisi lokal untuk orang tua agar mereka memahami dan ikut terlibat.
- Saat tahun ajaran dimulai, anak-anak mendengar setiap hari:
“Karena kami peduli padamu, hari ini kita akan menghabiskan 6 jam untuk menumbuhkan otakmu.”
Seluruh sekolah menjadi sebuah ekosistem growth mindset. Semua orang—guru, siswa, orang tua—memiliki komitmen bersama untuk bertumbuh.
๐ Hasil Luar Biasa: Dari Bawah Menjadi Puncak
Sebelum transformasi ini, sekolah tersebut secara tradisional berada di peringkat terbawah dalam distrik pendidikan mereka.
Namun setelah 1 hingga 1,5 tahun berada dalam lingkungan growth mindset, hasilnya mengejutkan:
Siswa TK dan kelas 1 dari komunitas tersebut melonjak ke peringkat teratas distrik.
๐ฏ Kesimpulan
Growth mindset bukan sekadar teori
psikologi—ia adalah alat transformasi kehidupan.
Ketika kita:
- Memberikan ruang untuk gagal
- Menekankan proses, bukan hanya hasil
- Mengajarkan bahwa kemampuan bisa
berkembang
Maka kita menciptakan pembelajar yang tangguh, kreatif, dan percaya diri.
Dan ketika seluruh komunitas—baik
sekolah, rumah sakit, klinik, atau organisasi—menghidupkan growth mindset,
maka kita tidak hanya mencetak individu yang sukses,
tetapi juga membangun budaya yang menyembuhkan, belajar, dan berkembang bersama.
๐ง Hasil Modul Growth Mindset: Performa Lebih Baik, Rasa Milik yang Lebih Tinggi
Dalam studi lanjutan, mahasiswa yang mengikuti modul growth mindset berbasis komputer menunjukkan:
- Rasa memiliki (sense of belonging) yang jauh lebih tinggi dalam bidang ilmu komputer
- Peningkatan performa akademik yang signifikan dalam mata kuliah tersebut
- Minat yang lebih besar untuk mengambil kembali mata kuliah ilmu komputer di masa depan
Menariknya, tidak hanya mahasiswa perempuan yang mendapat manfaat. Mahasiswa laki-laki juga menunjukkan peningkatan setelah mengikuti modul ini.
๐ Studi Nasional: Menguji Kapan dan Untuk Siapa Growth Mindset Paling Efektif
Musim
gugur lalu, dipimpin oleh David Yeager (mantan mahasiswa PhD dari Stanford),
tim kami meluncurkan sebuah studi nasional besar.
Kami menyampaikan modul growth mindset berbasis komputer ke siswa SMA di
seluruh Amerika Serikat.
Tujuan utama studi ini:
- Mengetahui siapa yang paling diuntungkan oleh modul ini
- Mengetahui kapan waktu terbaik untuk menyampaikannya
- Menemukan cara terbaik untuk menyesuaikan program ini, agar semakin banyak siswa di seluruh negeri bisa menjadi pembelajar efektif
๐ฎ Mengubah Cara Belajar: Game Matematika "Brain Points" untuk Anak SD
Kami juga berkolaborasi dengan ilmuwan
komputer di University of Washington untuk menciptakan game matematika
inovatif untuk siswa sekolah dasar.
Dalam game tradisional, siswa mendapatkan poin karena menjawab dengan benar dan
cepat.
Namun dalam “Brain Points”, siswa justru mendapatkan poin karena:
- Gigih berusaha
- Mencoba banyak strategi berbeda
- Membuat kemajuan, sekecil apa pun
Dan hasilnya luar biasa:
- Di game biasa, hanya siswa berprestasi tinggi yang bertahan hingga akhir dan menikmati permainan.
- Namun dalam versi Brain Points, lebih banyak siswa berprestasi rendah yang tetap bermain sampai selesai, terlibat sepenuhnya, dan menikmati proses belajar.
Pesan pentingnya:
“Di permainan ini, semua orang bisa menang—karena semua orang bisa belajar.”
๐ Mengubah Arti dari Kesulitan
Pelatihan semacam ini mengubah arti dari “kesulitan” di benak siswa:
- Dalam fixed mindset, kesulitan = tanda bahwa mereka tidak cukup pintar, dan mereka ingin menyerah.
- Dalam growth mindset, kesulitan = peluang untuk tumbuh, dan mereka ingin terus mencoba.
Gambar otak siswa yang ditunjukkan dalam penelitian menunjukkan:
- Dalam fixed mindset, setelah melakukan kesalahan, tidak ada aktivitas otak signifikan. Otak menolak memproses kesalahan.
- Dalam growth mindset, setelah
kesalahan, aktivitas otak meningkat, memproses dan memperbaiki
kesalahan di percobaan berikutnya.
Inilah makna sejati dari pembelajaran.
๐ฎ Mengubah Cara Belajar: Game Matematika "Brain Points" untuk Anak SD
Kami juga berkolaborasi dengan ilmuwan
komputer di University of Washington untuk menciptakan game matematika
inovatif untuk siswa sekolah dasar.
Dalam game tradisional, siswa mendapatkan poin karena menjawab dengan benar dan
cepat.
Namun dalam “Brain Points”, siswa justru mendapatkan poin karena:
- Gigih berusaha
- Mencoba banyak strategi berbeda
- Membuat kemajuan, sekecil apa pun
Dan hasilnya luar biasa:
- Di game biasa, hanya siswa berprestasi tinggi yang bertahan hingga akhir dan menikmati permainan.
- Namun dalam versi Brain Points, lebih banyak siswa berprestasi rendah yang tetap bermain sampai selesai, terlibat sepenuhnya, dan menikmati proses belajar.
Pesan pentingnya:
“Di permainan ini, semua orang bisa menang—karena semua orang bisa belajar.”
๐ Mengubah Arti dari Kesulitan
Pelatihan semacam ini mengubah arti dari “kesulitan” di benak siswa:
- Dalam fixed mindset, kesulitan = tanda bahwa mereka tidak cukup pintar, dan mereka ingin menyerah.
- Dalam growth mindset, kesulitan = peluang untuk tumbuh, dan mereka ingin terus mencoba.
Gambar otak siswa yang ditunjukkan dalam penelitian menunjukkan:
- Dalam fixed mindset, setelah melakukan kesalahan, tidak ada aktivitas otak signifikan. Otak menolak memproses kesalahan.
- Dalam growth mindset, setelah
kesalahan, aktivitas otak meningkat, memproses dan memperbaiki
kesalahan di percobaan berikutnya.
Inilah makna sejati dari pembelajaran.
๐ซ Membangun Budaya Growth Mindset di Sekolah dan Komunitas
Bukan hanya individu yang bisa
memiliki growth mindset.
Satu komunitas atau sekolah secara keseluruhan juga bisa mengadopsinya.
Contoh nyata datang dari Stephanie
Fryberg, lulusan PhD dari Stanford dan kini profesor di University of
Washington.
Ia kembali ke komunitas suku asli Amerika tempat ia tumbuh besar, dan
melakukan transformasi total:
- Melatih para guru selama musim panas tentang cara mengajarkan pada siswa bahwa otak bisa tumbuh dan berkembang.
- Membantu para guru menyusun strategi pengajaran yang menyampaikan pesan pertumbuhan itu secara nyata.
- Membuat acara televisi lokal untuk orang tua agar mereka memahami dan ikut terlibat.
- Saat tahun ajaran dimulai, anak-anak mendengar setiap hari:
“Karena kami peduli padamu, hari ini kita akan menghabiskan 6 jam untuk menumbuhkan otakmu.”
Seluruh sekolah menjadi sebuah ekosistem growth mindset. Semua orang—guru, siswa, orang tua—memiliki komitmen bersama untuk bertumbuh.
๐ Hasil Luar Biasa: Dari Bawah Menjadi Puncak
Sebelum transformasi ini, sekolah tersebut secara tradisional berada di peringkat terbawah dalam distrik pendidikan mereka.
Namun setelah 1 hingga 1,5 tahun berada dalam lingkungan growth mindset, hasilnya mengejutkan:
Siswa TK dan kelas 1 dari komunitas tersebut melonjak ke peringkat teratas distrik.
Comments
Post a Comment